Direktur Eksekutif Orang utan Information Centre (OIC), Syafrizaldi Jpang menyebut, tema utama festival saban tahun adalah Love for Orang utan. OU Fest tahun ini mengusung tagar #KawalJanganDijual. Ini lahir dari kenyataan bahwa perdagangan orang utan masih marak, bahkan lintas negara.
“Orang utan itu endemik Indonesia. Rumahnya di sini. Kampanye ini adalah seruan agar kita bersama-sama menghentikan perdagangan satwa dilindungi dan menjaga habitatnya,” ujarnya di sela festival yang dilaksanakan di Taman Hutan Raya (Tahura) Trumon, Aceh Selatan, Aceh (18/8/2025).
Syafrizaldi membeberkan, 3 pedagang orang utan ditangkap Polisi Aceh Tamiang pada Juli 2024. Dalam penangkapan itu, satu bayi orang utan berhasil diselamatkan dari ransel penjual. Di Melawi, Kalimantan Barat, lanjut dia, Gakkum KLHK menggagalkan jual beli 2 bayi orang utan tak lama setelah itu.
“Walau kedua kasus itu tak saling berhubungan, tapi korbannya sama, orang utan,” tandasnya.
Tahun ini, lanjut dia, Februari lalu, otoritas Thailand menyita 3 bayi orang utan asal Indonesia yang diselundupkan melalui Malaysia. Tak berbilang tahun, pada Mei aparat berwenang Thailand menggagalkan penjualan 2 bayi orang utan berikut menangkap pelakunya.
“Sebelumnya, otoritas kita juga berhasil membongkar jaringan perdagangan tengkorak satwa. Hasilnya, 78 tengkorak primata disita. Sebagian tengkorak itu terkonfirmasi sebagai orangutan,” paparnya.
Festival orang utan 2025 yang digelar selama 2 hari tersebut mengajak publik, khususnya generasi muda, untuk memahami bahwa orang utan bukanlah komoditas perdagangan, melainkan satwa kunci yang menjaga keseimbangan hutan dan kehidupan manusia. Lewat berbagai kegiatan edukatif dan kreatif, festival menghadirkan ruang belajar sekaligus kampanye konservasi yang meriah.
“Rangkaian acara sudah dimulai sejak 21 Juli 2025,” kata Ketua Panitia, Irfan Fitra Mansyah.
Dia menjelaskan, panitia terdiri dari anak muda yang bergabung dalam Sahabat Alam Lestari (SALI). SALI sudah mulai dengan lomba desain logo Tahura Trumon, desain infografis, dan reels kreatif di media sosial. Sementara puncak acara berlangsung 2 hari, mulai 18 hingga 19 Agustus 2025.
Selama acara puncak, SALI menggelar kemah konservasi dengan menghelat lomba photo on the spot serta lomba mewarnai untuk anak-anak TK dan PAUD. Semua kegiatan bertujuan memperkenalkan orang utan dan hutan Sumatra dengan cara menyenangkan sekaligus mendalam.
“Semoga festival ini meningkatkan kesadaran bahwa hutan adalah habitat asli orangutan dan warisan penting yang harus kita jaga bersama,” kata Irfan.
Salah seorang peserta kemah konservasi, Cut Rizky Juliana mengatakan sangat antusias dengan gelaran ini. Siswi SMA Negeri 1 Trumon Tengah itu terlihat Bahagia.
“Festival ini membuat kami, anak muda, semakin peduli pada alam dan satwa kunci di Taman Nasional Gunung Leuser,” tutupnya. []



