Warga empat desa di Kecamatan Indra Makmur, Aceh Timur, mengeluhkan bau tak sedap alias busuk yang diduga bersumber dari limbah produksi minyak dan gas bumi PT Medco E&P Malaka. Bau itu diduga menjadi sebab warga berjarak ratusan meter dari lokasi merasa mual, muntah, pusing, dan pingsan sehingga dirawat di rumah sakit.
Empat desa tersebut adalah Blang Nisam, Alue Ie Mirah, Suka Makmur, dan Jambo Lubok. Berbagai protes telah dilayangkan warga sejak 2019 lalu, tapi belum ada titik temu atas masalah itu.
“Warga sudah 4 tahun lebih mencium bau tak sedap dan mulai resah,” kata Nurdianti, Koordinator Komunitas Perempuan Peduli Lingkungan, didampingi sejumlah warga Indra Makmur dalam konferensi pers di Banda Aceh, Rabu (24/5/2023).
Menurut Nurdianti, sejak 2019 hingga akhir 2022 tercatat ada 13 warga harus dirawat di puskesmas dan rumah sakit karena diduga menghirup bau itu. “Korbannya kebanyakan adalah perempuan, anak-anak, serta lansia yang berusia di atas 80 tahun,” katanya.
Kejadian terparah pada 9 April 2021 yang membuat sekitar 250 warga Desa Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam, mengungsi dari rumah mereka ke kantor camat.
“Baru-baru ini pada 2 Januari 2023, ada satu anak 2 tahun dari Gampong Alue Patong dilarikan ke Puskesmas Alue Ie Merah dan satu orang dewasa mengalami sesak, mual mual, muntah, dan pusing,” kata Nurdianti.
Dalam jumpa pers itu, Erni, perempuan Blang Nisam, memperlihatkan hasil rontgen kondisi paru-paru anaknya yang menderita sesak napas. Ia berharap pemerintah dan perusahaan memberi solusi terkait masalah tersebut. “Kami ingin udara [bersih] kami dikembalikan,” katanya.
Secara terpisah, PT Medco E&P Malaka dalam keterangan tertulis mengatakan pihaknya mematuhi peraturan yang berlaku dalam beroperasi. VP Relations & Security Arif Rinaldi mengatakan perusahaan beroperasi di Blok A, Aceh Timur, untuk mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional.
“Perusahaan juga berterima kasih atas dukungan masyarakat, pemangku kepentingan dan BPMA sehingga dapat terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan gas domestik,” kata Arif Rinaldi. Tidak ada penjelasan lanjut terkait bau busuk.
Direktur WALHI Aceh, Ahmad Salihin, mengatakan masyarakat di sana sudah 4 tahun lebih mencium bau tak sedap dan mulai resah. Berbagai protes telah berulang kali dilayangkan oleh warga sejak 2019 lalu, tetapi hingga saat ini belum ada titik temu.
Tim WALHI Aceh telah beberapa turun ke lapangan untuk memastikan kondisi pencemaran limbah yang mengganggu warga, hingga menimbulkan korban umumnya perempuan, anak hingga ibu hamil serta para lansia yang tinggal di lingkaran tambang. []