BerandaHiburanCERPEN: Tuhan di Mata Si Kaya dan Si Miskin

CERPEN: Tuhan di Mata Si Kaya dan Si Miskin

Published on

Perdebatan dua sahabat tentang pola pendekatan kepada Tuhan lewat ibadah haji. Masing-masing punya argumen sendiri. Pengalaman spiritual terkadang dipengaruhi pada penguasaan kebendaan.

Oleh: Agam Cabak

Alkisah di sebuah gampong, tinggallah dua sahabat bernama Ajuran dan Abidon. Beda usia mereka hitungan bulan. Tumbuh ,sekolah, dan punya pergaulan yang sama, keduannya lumayan cerdas, di sekolah dan pengajian mereka bersaing. Namun setelah dewasa, Ajuran menjadi orang kaya yang dermawan, sementara Abidon hidup sederhana dan berjiwa kritis.

Selain soal kekayaan keduanya juga punya pola hidup berbeda. Ajuran punya pergaulan yang luas, dikenal oleh banyak tokoh dan dekat dengan semua orang. Semantara Abidon adalah pria pemikir yang kritis, blak-blakan dan tidak terlalu suka seremonial dan hal resmi.

“Omak, Haji Ajuran sudah terlihat lebih muda sepulang haji tahun ini, ” pancing Beudon pada suatu siang di Warung Kopi Simpang. Warung Apa Beudon memang menjadi titik kumpul di gampong itu.

“Ini keberangkatan haji yang ke berapa,” tanya Bang Lateh.
“Baru yang keempat, cuma kali ini kami berangkat ramai-ramai dengan membawa para tuan guru kita,” jelas Ajuran dengan bangga.

Abidon yang termanggut-manggut tiba tiba menyela. “Hai haji, saya titip pertanyaan kepadamu dan para tuan guru kita yang kalian ajak berhaji bareng kemarin, apa kelebihan haji berkali-kali bersama para tuan guru kita yang alim.”

“Makanya kamu Abidon seringlah bersama ulama, apa tak pernah kamu dengar? Melihat wajah ulama saja kita sudah berpahala, apalagi bersama beliau dalam ibadah haji yang begitu agung setahun sekali,” jelas Ajuran berceramah, intonasinya sedikit tinggi.

Dan Warung Simpang langsung hening. Warga yang sedang ngopi sangat menikmati setiap perdebatan Haji Ajuran dengan Abidon. Buat mereka, dakwa-dakwi dua sahabat ini selalu menghasilkan sebuah  perenungan. Walau  kebanyakan mereka sering setuju dengan Haji Ajuran.

Pasalnya, sudah pasti Haji Ajuran akan membayar semua makan minum warga sewarung pada saat itu.

“Saya sering berpikir dan berharap, jika dana ONH-mu dan para tuan guru itu kamu sumbangkan buat memperbaiki saluran irigasi gampong yang rubuh, atau membantu Cutda Minah yang rumahnya disita rentenir, atau memberi bantuan beberapa santri miskin warga gampong kita,” harap Abidon dengan lirih.

Dia seperti bergumam sendiri. Setiap ucapannya membuat warga warung terheran-heran seperti biasa. Sebagian pura-pura tak mendengar. Abidon memang nyaris tak pernah membayar warga warung. Maklum gajinya sebagai guru pas-pasan.

“Itu tugas pemerintah, kenapa pula orang kaya yang harus turun tangan?” bela Bang Lateh. Ajuran cukup senang saat dibela.

“Abidon sering tidak bisa membedakan tugas pemerintah dengan sedekah, saya tak mau melangkahi, dan meremehkan pemerintah,” tegas Haji Ajuran. Kesenangannya bersedekah dan menjamu tuan guru terkenal seantero negeri itu.

“Saya juga meminta kamu hai Haji, tanyakan pada tuan guru kita, apa makna hadist: Manusia terbaik adalah manusia yang paling besar manfaatnya kepada manusia lain. Jika hadis itu benar mengapa engkau dan tuan guru berhaji berkali-kali, kalau menurutku itu kalian sedang bersombong-sombong,” kata Abidon.

“Sebab ada hal lain di gampong butuh uluran bantuanmu, lihatlah Si Husen yang miskin papa, atau bantulah Si Banta yang hampir gila karena putus sekolah,” seru Abidon lagi.

Siang yang panas itu makin membuat gerah penghuni warong itu. “Memangnya kamu kira saya tidak membantu para fakir di kampung kita? Tiap tahun mereka dapat bagian zakat saya, mereka juga kadang saya bantu jika mereka minta,” kata Ajuran membela diri.

“Soal mereka miskin dan susah bukan tugas saya, saya bukan pemimpin atau politisi, saya hanya warga biasa yang Allah berikan sedikit kekayaan, semua yang kamu minta hai Abidon tugas negara, jangan minta ke saya,” sambung Ajuran panjang lebar.

“Baiklah jika begitu, sebagai teman aku ingatkan kepada mu kawan, jangan sampai semua ibadah dan sedekah menjadi ria. Itu sia-sia, dan saranku jangan tumpahkan garam ke laut. Engkau akan mendapat dosa sebab meracuni tuan tuan guru kita dengan makanan enak, itu membuat beliau-beliau berpenyakitan karena kelebihan makan enak,” sanggah Abidon.

Abidon melanjutkan ceramahnya. “Engkau juga jangan sampai menjelma menjadi syaitan karena kekayaanmu, dengan menggoda tuan guru dengan kemewahan, atau memaksa beliau-beliau berhaji atau umrah setiap tahun, sehingga mereka lupa bahwa Rasullullah cuma sekali berhaji walau tinggal di bumi Arab, ” tambah Abidon.

Anjuran membantah lagi. “Aku mau tuan-tuan guru kita dihormati, maka beliau layak tampil mewah, sengaja aku bawa beliau bersamaku ke tanah suci, sebab doa-doa beliau diijabah Allah, maka dengan kedekatanku dengan beliau akan Allah tinggi derajatku juga, kalau bukan kita yang memuliakan ulama kita siapa lagi?” sergah Ajuran.

“Semua yang engkau sampaikan benar, tapi engkau tau kekayaanmu akan menghukummu, sebab engkau menggunakan harta dan ibadahmu dengan sifat ria, aku sangat berharap engkau berhenti ‘mem-berhala-i’ para ulama kita dengan memujanya, dan melupakan ketauladan Rasul yang sangat memprioritas melayani orang miskin,” debat Abidon.

“Kembalilah engkau pada hakikat beragama, semoga hartamu makin menbawa mu dekat ke surga, jangan sampai hartamu mencelakai dirimu dan para tuan guru kita, ingat itu,” tegas Abidon sambil berkacak pinggang dan pergi ke masjid.

Ajuran tersenyum, seluruh penghuni warung terdiam. Bisik-bisik terdengar sepeninggal Abidon, lalu Ajuran meminta Bang Beudon menghitung minuman dan makanan yang dihabiskan warga untuk dibayarnya. []

Follow konten ACEHKINI.ID di Google News

Artikel Terbaru

150 Pemotor Trail Berkumpul, Syech Muharram Ajak Promosikan Aceh Besar

Event Aceh Dirt Bike (ADB) Reunion Adventure Nusantara sedang berlangsung. Sebanyak 150 pemotor trail...

Bank Aceh Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, Raih Opini WTP

Bank Aceh terus berkomitmen menjalankan tata kelola perusahaan yang baik dan transparan. Salah prestasi...

Safrizal Verifikasi Rumah Layak Huni, Tegaskan Tidak Ada Agen

Pj Gubernur Aceh Safrizal mengecek langsung lokasi tempat tinggal penerima bantuan rumah layak huni...

Asyik Main Judi Online di Warkop, Seorang Pria di Subulussalam Diringkus Polisi

Seorang pria berinisial AR (31 tahun) diringkus tim reserse mobile kepolisian Resor (Polres) Subulussalam...

Platform Digital S.id Kian Dominan, Tembus 1,5 Juta Pengguna

Platform digital S.id kian dominan digunakan untuk berbagi informasi, memberi harapan baru di tahun...

More like this

150 Pemotor Trail Berkumpul, Syech Muharram Ajak Promosikan Aceh Besar

Event Aceh Dirt Bike (ADB) Reunion Adventure Nusantara sedang berlangsung. Sebanyak 150 pemotor trail...

Bank Aceh Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, Raih Opini WTP

Bank Aceh terus berkomitmen menjalankan tata kelola perusahaan yang baik dan transparan. Salah prestasi...

Safrizal Verifikasi Rumah Layak Huni, Tegaskan Tidak Ada Agen

Pj Gubernur Aceh Safrizal mengecek langsung lokasi tempat tinggal penerima bantuan rumah layak huni...