Tsunami Aceh berlalu 19 tahun. Bencana dahsyat itu terjadi pada 26 Desember 2004, pukul 07.58 WIB menyusul gempa berkekuatan 9,2 SR yang mengguncang Aceh.
Kuatnya gempa yang dirasakan selama 8-10 menit membuat pengendara sepeda motor terhenti di jalanan Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Mereka meletakkan sepeda motor di jalan, lalu duduk dan berdoa.
Gempa mereda, aktivitas tetap berjalan seperti semula. Sekitar 30 menit kemudian, gelombang laut bergerak setinggi 8-10 meter menuju daratan. Warga panik dan berteriak menyelamatkan diri. Air menyapu segala sesuatu dalam radius 4 kilometer, dan membanjiri daratan dalam radius 3 kilometer berikutnya.
Pesisir Banda Aceh dan Aceh Besar rata, Kota Calang (Aceh Jaya) hilang, Meulaboh (Aceh Barat) hancur, sebagian pesisir Nagan Raya, pesisir Pidie dan Pidie Jaya, kepulauan Simeulue dan sebagian wilayah pesisir Aceh lainnya terkena dampaknya, termasuk Kabupaten Nias (Sumatera Utara).
Gelombang tsunami juga terasa di sejumlah wilayah pesisir negara tetangga, Thailand, Malaysia, Srilanka, dan India.
Bencana paling dahsyat abad 21, tercatat 200 ribu orang menjadi korban, setengah juta lainnya kehilangan tempat tinggal. Mata dunia terbelalak melihat jumlah korban dan kerusakan yang ditimbulkan.
Hampir seluruh negara besar di dunia mengibarkan bendera setengah tiang selama seminggu untuk memperingati bencana tersebut.
Saking banyaknya jenazah yang berserakan, relawan kemanusiaan dan warga Aceh yang selamat harus mengurusnya selama tiga bulan ke depan.
Kuburan massal dibuat untuk menampung para korban. Bahkan belasan tahun setelah tsunami, masih ada kerangka korban tsunami yang ditemukan saat warga membangun rumah di pesisir pantai yang terdampak.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR) mencatat sedikitnya 120.000 rumah rusak atau hancur, 800 kilometer jalan dan 2.260 jembatan rusak atau hancur, 693 fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, pos imunisasi dan klinik) rusak atau hancur dan 2.224 gedung sekolah rusak atau hancur. Saat itu, kerugian yang ditimbulkan diperkirakan sekitar Rp60 triliun.
Pembangunan Aceh kembali memakan waktu hingga 10 tahun kemudian. Secara fisik, bangunan, rumah warga, pelabuhan, jalan dan jembatan di wilayah terdampak semakin membaik.
Warga Aceh dan pemerintah memperingati bencana tsunami setiap tahunnya, setiap tanggal 26 Desember.
Tahun ini, Pemerintah Aceh fokus memperingati 19 tahun Tsunami Aceh di Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh.
Kepala Dinas Syariat Islam Zahrol Fajri mengatakan peringatan itu dimulai dengan zikir pukul 08.00 WIB yang dipimpin Zikir Nurun Nabi.
“Setelah selawat zikir dan doa bersama selesai, kemudian kita masuk kegiatan seremonial, yaitu ada sambutan Penjabat Gubernur Aceh Achmad Marzuki kemudian tausiyah akan disampaikan oleh Teungku Amri Fahmi,” katanya.[]