Jumat, Juni 9, 2023
More
    BerandaTeknologiWWF Hongkong Paparkan Ancaman Populasi Burung Air Migran di USK

    WWF Hongkong Paparkan Ancaman Populasi Burung Air Migran di USK

    Published on

    Dua pemateri dari WWF Hongkong dan Singapure Wildcat Action Group dihadirkan dalam kuliah umum internasional tentang keanekaragaman hayati dan perlindungan satwa liar untuk populasi berkelanjutan digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (USK), Selasa (9/5/2023).

    Acara dibuka Kepala LPPM USK, Prof. Taufik Fuadi Abidin, diselenggarakan dalam kemitraan antara Pusat Riset Konservasi Gajah dan Biodiversitas (PKGB) USK, Program Studi Biologi FKIP USK, Jurusan Kehutanan USK, dan WWF Hongkong Asian Waterbirds Program.

    Pembicara yang dihadirkan adalah Fion Cheung Ka Wing dari WWF Hongkong, dan Daphne Ong Hui Wen dari Singapore Wildcat Action Group (SWAG).

    Dalam materinya, Fion Cheung membahas pentingnya burung air migran dan habitatnya, jalur terbang burung migrasi dan perlunya upaya konservasi untuk memastikan kelangsungan hidup populasi. Selain itu, Fion juga berbagi informasi tentang sistem pengelolaan tinggi muka air yang dilakukan di Hong Kong untuk memastikan burung air migran memiliki akses ke pasokan makanan yang cukup di habitat rawa lumpur dan area pasang surut.

    “Penting melindungi habitat burung air migrasi, karena banyak dari mereka menghadapi ancaman seperti hilangnya habitat, polusi, dan eksploitasi berlebihan,” katanya.

    Dia juga menjelaskan bagaimana WWF Hongkong menerapkan sistem pengelolaan muka air di daerah lumpur pantainya untuk memastikan burung-burung itu dapat mengakses pasokan makanan yang cukup selama migrasi mereka.

    Burung air umumnya mencari makan di daerah rawa lumpur. Dengan menurunkan ketinggian air di daerah rawa lumpur, burung-burung migrasi tersebut dapat dengan mudah mengambil makanan, yang sangat penting untuk perjalanan jarak jauh mereka. “Praktik pengelolaan ini dapat menjadi contoh baik bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk memastikan keberlanjutan ekologi dan kelangsungan hidup burung air migrasi,” kata Fion Cheung.

    Pemateri dari WWF Hongkong di USK Aceh
    Fion Cheung memberikan materi tentang burung air migran di USK Aceh. Foto: USK

    Sementara Daphne Ong, menekankan pentingnya pendidikan dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga keanekaragaman hayati. Daphne menjelaskan bahwa lembaganya, SWAG melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi melalui inisiatif seperti mural interaktif, proyek restorasi, dan upaya pemantauan menggunakan jebakan kamera. “Kolaborasi SWAG dengan masyarakat lokal telah menjadi cerita sukses secara global,” sebutnya.

    Pendidikan dan pelibatan masyarakat adalah komponen penting dalam mendukung kesuksesan upaya konservasi.

    Pentingnya Habitat Burung Air Migran

    Burung air migran melakukan migrasi massal dari satu wilayah ke wilayah lain di seluruh dunia. Burung-burung ini melakukan perjalanan jauh setiap tahun mencari sumber makanan yang lebih baik, iklim yang lebih hangat, atau tempat berkembang biak yang lebih aman.

    Setiap tahun, jutaan burung air bermigrasi dari tempat asal mereka di benua Amerika, Asia, Eropa, dan Afrika ke daerah lain yang lebih hangat atau produktif dari segi sumber makanan. Beberapa burung air melakukan perjalanan ribuan kilometer, bahkan menyeberangi samudera dan benua untuk mencapai tujuan mereka.

    Migrasi internasional burung air sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati. Burung-burung ini membantu dalam penyerbukan tanaman dan mengendalikan populasi serangga dan hama yang merusak pertanian. Mereka juga memainkan peran penting dalam rantai makanan, menjadi mangsa bagi predator lain.

    Namun, migrasi internasional burung air juga menghadapi ancaman serius seperti perubahan iklim, penghancuran habitat, perburuan dan perdagangan ilegal, dan polusi. Beberapa spesies burung air bahkan terancam punah karena ancaman tersebut.

    Selain itu, satwa liar di area hutan juga sedang menghadapi tekanan ekologis akibat peningkatan perburuan dan kehilangan habitat, yang telah mengakibatkan penurunan drastis populasi mereka. []

    Follow konten ACEHKINI.ID di Google News

    Artikel Terbaru

    Jemaah Haji Aceh yang Meninggal Dunia di Tanah Suci Bertambah Jadi 2 Orang

    Innalillaahi wainna ilaihi raji'un. Seorang jemaah haji Aceh asal Kabupaten Bireuen, Marzuki bin Husen...

    DPR Aceh Minta Pemerintah Pusat Segera Bangun Venue PON 2024 Pakai APBN

    Dewan Perwakilan Rakyat (DPRA) Aceh masih berkomitmen untuk menolak Aceh menjadi tuan rumah Pekan...

    More like this

    Jemaah Haji Aceh yang Meninggal Dunia di Tanah Suci Bertambah Jadi 2 Orang

    Innalillaahi wainna ilaihi raji'un. Seorang jemaah haji Aceh asal Kabupaten Bireuen, Marzuki bin Husen...

    DPR Aceh Minta Pemerintah Pusat Segera Bangun Venue PON 2024 Pakai APBN

    Dewan Perwakilan Rakyat (DPRA) Aceh masih berkomitmen untuk menolak Aceh menjadi tuan rumah Pekan...

    Sidak RSUDZA, DPRA dan Sekda Aceh Dapati Dokter Piket Bolos

    Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Bustami melakukan...