Jumat, September 29, 2023
More
    BerandaNewsSejarah Kehebatan Sultan Iskandar Muda dalam Surat ke Raja Inggris, James I

    Sejarah Kehebatan Sultan Iskandar Muda dalam Surat ke Raja Inggris, James I

    Published on

    Sultan Iskandar Muda memerintah Kesultanan Aceh Darussalam para periode 1607-1636, mampu membawa daerah di ujung Sumatra ke puncak kejayaan. Sejarah kepemimpinannya membuat Aceh disegani banyak negara asing, berhasil mempersatukan wilayah di Semenanjung Melayu.

    Iskandar Muda lahir pada 1593 (sebagian sumber menyebut 1590) di Bandar Aceh (sekarang Banda Aceh). Naik takhta saat masih berusia belia, dia membangun hubungan dengan banyak negara seperti Turki dan negara-negara Eropa. Kerajaan Aceh saat itu banyak terlibat dalam perang melawan Portugis yang ingin menguasai jalur perdagangan rempah di Selat Malaka.

    Ada fakta sejarah yang masih tersimpan hingga kini, tentang hubungan surat menyurat dengan Kerajaan Inggris yang begitu menaruh hormat terhadap Aceh. Kala itu, para pedagang Inggris sedang gencar-gencarnya berdagang mencari rempah di Nusantara dan Semenanjung Melayu.

    Salah satu bukti adalah surat yang dikirim Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris, James I untuk membalas surat permintaan Inggris sebelumnya terkait kuasa perdagangan rempah-rempah di kawasan Sumatra Barat, dalam perlindungan Kesultanan Aceh.

    Surat aslinya masih disimpan pada salah satu museum di Skotlandia. Salah satu replikanya dapat dilihat di Museum Aceh, Banda Aceh.

    Replika itu dibuat atas inisiasi Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias bersama Asia Research Institute (ARI)-National University of Singapore pada Februari 2007 silam.

    Replika surat Sultan Aceh, Iskandar Muda ke Raja Inggris, James 1 pada tahun 1615 di Museum Aceh. Foto: Adi Warsidi
    Replika surat Sultan Aceh, Iskandar Muda ke Raja Inggris, James 1 pada tahun 1615 di Museum Aceh. Foto: Adi Warsidi

    Saya pernah melihatnya dipajang bersama beberapa replika surat Sultan Aceh lainnya, dalam sebuah pameran di Museum Aceh. Surat itu menggambarkan sebagian kekuasaan Iskandar Muda. Surat berukuran 95 x 43 sentimeter, ditulis memakai kertas oriental dengan tinta warna dan emas, dikirim oleh Iskandar Muda kepada Raja James I pada tahun 1615.

    Bahasa yang dipakai Melayu dengan huruf arab jawi. Surat itu sebagai balasan untuk Raja Inggris yang sebelumnya memohon untuk berdagang lada dan rempah lainnya di Tiku dan Pariaman (Padang, Sumatera Barat-sekarang)

    Sebagian isinya menggambarkan kehebatan Sultan Iskandar Muda, begini pembukanya:

    ”Surat daripada Seri Sultan Perkasa Alam Johan Berdaulat, raja yang beroleh martabat kerajaan, yang dalam tahta kerajaan yang tiada terlihat oleh penglihat, yang tiada terdengar oleh pendengar, yang bermahligai gading, berukir kerawang, bersendi-bersindura, bewarna sadalinggam, yang berair emas, yang beristana sayojana menentang.”

    Ini ibarat syair yang kaya makna, penggambaran kekuasaannya yang besar di Nusantara. Selanjutnya dalam inti surat, Sultan Iskandar Muda menolak permintaan Inggris dengan sangat halus. Begini kalimatnya:

    ”… Maka titah hamba bahwa orang Inggris seperti yang dikehendaki raja itu tiada dapat kita beri beniaga di negeri Tiku atau orang Priaman akan orang itu, niscaya keji bunyi kita kepada Raja Yakub itu. Dengan Anugerah Tuhan seru sekalian alam, jika hendak orang Inggris yang hamba pada raja itu berniaga, maka berniagalah ia dalam negeri Aceh; dan jika ia hendak mengantarkan peturnya beniaga, dalam negeri Aceh dihantarkannya; supaya barang siapa berbuat aniaya ke atasnya segera kita pereksai, dan kita hukumkan dengan hukuman yang adil…”

    Makam Sultan Iskandar Muda. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
    Makam Sultan Iskandar Muda. Foto: Ahmad Ariska/acehkini

    Begitulah salah satu bukti kejayaan dulunya. Saat itu, Kesultanan Aceh menguasai perdagangan di Selat Malaka dan melindunginya dari para pedagang Eropa yang mencoba menancapkan kekuasaan di Nusantara. Itu pula yang membuat Raja Inggris merasa penting meminta izin kepada Sultan, meski rencana dagangnya jauh di Padang.

    Ada juga sebuah surat lain yang replikanya ada di Museum Aceh. Surat itu adalah permintaan Sultan Aceh, Alaaddin Syah al-Kahhar kepada Sultan Turki Sulaiman Agung untuk dukungan militer dan para ahli militer guna melawan kekuasaan Portugis di Makala. Surat itu tertanggal 7 Januari 1566. Saat itu, Aceh telah menempatkan seorang duta besarnya di Turki.

    Diplomasi dan surat menyurat Aceh dengan negara luar terus berlanjut, saat perang dengan Belanda yang pecah pada Maret 1873.

    Sultan Iskandar Muda yang bergelar Seri Sultan Perkasa Alam Johan Berdaulat, wafat pada tahun 1636 M dan makamnya terletak dalam kompleks Kandang Mas di Banda Aceh yang telah pernah dihancurkan Belanda. Makamnya saat ini adalah duplikatnya hasil petunjuk Pocut Meurah Awan, isteri Sultan Mahmudsyah, Sultan Aceh terakhir.

    Pemerintah Republik Indonesia mengangkat Sultan Iskandar Muda sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden No. 077/TK/Tahun 1993 tanggal 14 September 1993. Kini namanya banyak dipakai sebagai nama jalan, gedung, bandara, bahkan kapal perang.

    Follow konten ACEHKINI.ID di Google News



    Artikel Terbaru

    Kisah Maulid di Lembah Singgah Mata

    Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW cukup kental di Beutong Ateuh, Nagan Raya. Semaraknya telah...

    CPNS dan PPPK 2023 di USK, Ada Formasi Dosen hingga Tenaga Kesehatan

    Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh membuka seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CPNS) dan Pegawai...

    More like this

    Kisah Maulid di Lembah Singgah Mata

    Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW cukup kental di Beutong Ateuh, Nagan Raya. Semaraknya telah...

    CPNS dan PPPK 2023 di USK, Ada Formasi Dosen hingga Tenaga Kesehatan

    Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh membuka seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CPNS) dan Pegawai...

    Kodim TNI Subulussalam Gotong Royong Bersama Warga

    Kodim 0118 Subulussalam menggelar kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-118 yang dilaksanakan di...