Anggota kontingen dari berbagai provinsi menunaikan salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Selain untuk beribadah, momen ini juga menjadi wisata rohani saat pagelaran Pekan Olahraga Nasional Aceh-Sumatra Utara.
Di tengah terik matahari, Muhammad Muthahhari mengatur gaya di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Dekat dengan tiang payung masjid yang ikonik, meski sedang tertutup, ia berpose mengabadikan momennya.
Muthahhari, atlet bisbol dari Jawa Barat, merupakan salah satu dari sejumlah pengunjung yang mengambil gambar selepas salat Jumat (6/9/2024) di masjid kebanggaan warga Aceh itu. Ini salat Jumat keduanya di sana, setelah tiba di Aceh sepekan sebelumnya untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional.
“Selagi di Aceh kami harus terus salat Jumat di sini,” kata Muthahhari.
“Kesannya sangat menyentuh hati, kayak ibadah [sekaligus] wisata rohani.”
Pria asal Bandung itu baru kali ini mengunjungi Aceh, dan menurutnya, warga Aceh sangat ramah. Lantas apa yang sangat berbeda Muthahhari? “Di Bandung dingin, sedangkan di Aceh teriknya seperti ini,” katanya. Siang itu, cuaca memang cerah dengan langit biru, meski sebagian tertutup awan.
Menapaki marmer dan berdiri di halaman masjid, Muthahhari merasa seolah berada di Madinah. “Mirip, mirip Madinah,” katanya.
Selain beribadah, Muthahhari memanfaatkan waktu luangnya selama PON untuk mengunjungi sejumlah lokasi wisata di Aceh. Ia menyebut beberapa di antaranya, seperti Kapal PLTD Apung dan pantai Ulee Lheue.
Lalu kopi khas Aceh, apakah sudah mencoba Muthahhari? Ia mengaku belum mencobanya, namun teman-temannya sering menikmati kopi setiap malam. “Teman-teman saya sering ngopi. Kata mereka, kopinya enak,” katanya.
Tidak jauh dari Muthahhari, Dwijo Purwanto juga sedang mengabadikan momennya di halaman masjid. Ia pelatih Muaythai dari Jawa Tengah. Ini adalah kunjungan pertamanya ke Aceh dan pengalaman perdana salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman.
“Alhamdulillah, masjidnya keren, bagus, kami senang sekali,” katanya.
Ketika membuka pertandingan Muaythai di Balee Meuseuraya Aceh, Kota Banda Aceh, Kamis kemarin, Penjabat Gubernur Aceh Safrizal menyebutkan mengenai keindahan Aceh dan wisata kulinernya yang terkenal. “Ceritakan kepada kawan dan keluarga tentang keindahan dan keramahtamahan Aceh,” katanya.
Meskipun beberapa pertandingan PON sudah berlangsung, upacara pembukaan resmi akan digelar pada 9 September di Stadion Harapan Bangsa, Kota Banda Aceh. Persiapan untuk acara pembukaan terus dikebut, termasuk latihan gladi.
Sementara itu, Muthahhari telah merencanakan apa yang akan dilakukan setelah pertandingan bisbol berakhir. Ia berniat membeli buah tangan khas Aceh, seperti pakaian atau makanan. Namun, untuk saat ini, fokus utamanya adalah meraih medali emas. “Saya datang kemari fokus mencapai medali emas,” katanya.
Purwanto juga punya rencana serupa. Setelah pertandingan Muaythai selesai, ia dan kontingennya berencana berwisata ke Sabang. Selain itu, ia juga sudah berpikir untuk bawa pulang oleh-oleh dari Aceh.
Masyarakat Aceh Sangat Memuliakan Tamu
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, Azhari, menyampaikan bahwa Aceh tidak hanya dikenal dengan Serambi Makkah yang pelaksanaan syariat Islam tentu sangat kental bagi masyarakat, namun masyarakat Aceh juga bersikap sangat toleran, ketika ada tamu yang datang ke Aceh.
“Selain muslim atau saudara-saudara non-muslim, itu tetap dihargai dan dihormati. Dalam perhelatan PON ke-21 ini berbagai provinsi hadir, dari seluruh Indonesia, tentu dengan ragam budaya, sikap, agama hadir di Aceh. Jadi masyarakat Aceh sangat memahami itu. Masyarakat Aceh sangat menerima tamu dengan berbagai etnis yang datang di Aceh,” ujarnya.
Menurut Azhari, kondisi Aceh yang begitu ramah, begitu adat-istiadatnya memuliakan tamu. Kemudian masyarakat Aceh sangat sopan, sangat moderat dalam hal menerima tamu dan menyesuaikan diri dengan perkembangan adat budaya.
“Mungkin saudara-saudara, teman-teman, sebelum ke Aceh menganggap kondisi Aceh bagaimana? Tetapi dapat dilihat, setelah tiba di Aceh bagaimana kondisinya, baik di tempat-tempat penginapan, di arena pertandingan, di venue-venue PON yang telah ditetapkan, tentu masyarakat sangat terbuka, sangat ramah dan welcome,” jelasnya.
Sebelum PON, kata Azhari, pihaknya dari Kanwil Kemenag Aceh sudah menyampaikan saran dan pesan melalui penyuluh dan penghulu dan juga para guru untuk menyampaikan pesan-pesan tentang ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Artinya saling menguatkan, saling menghormati, saling meningkatkan rasa persaudaraan satu sama lain karena kita satu bangsa, dan toleransi atau kehidupan bersama di antara umat manusia.
“Oleh karenanya, ada image barangkali yang seolah-olah Aceh kurang aman, tentu bapak, ibu, saudara-saudara kami dari seluruh Indonesia yang hadir di Aceh dapat melihat sendiri bagaimana tolerannya masyarakat Aceh, bagaimana sikap dan kultur budaya,” tuturnya.
“Kita berharap dengan event PON ke-21 ini kita bisa saling menukar informasi, menjalin silaturahim dan berdiskusi, menyampaikan informasi-informasi dari daerah masing-masing sehingga dengan event ini bisa meningkatkan kinerja kita, persahabatan, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah dan juga memahami budaya di masing-masing daerah,” sambung Azhari.
Kuliner Halal
Adapun mengenai kuliner, kata Kakanwil Kemenag Aceh, kuliner itu ada hubungannya dengan halal. Jadi semua produk makanan yang dijaja atau dijual di venue-venue PON atau di kafe-kafe dan di warung-warung, itu semuanya makanannya yang halal.
“Jadi tidak perlu ragu, teman-teman silakan singgah di warung-warung atau di tempat-tempat jualan dekat dengan venue sudah tersedia berbagai jenis makanan,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa pihaknya dari Kementerian Agama sudah jauh-jauh hari mendorong seluruh UMKM produk makanan supaya mengurus sertifikat halal untuk menjamin bahwa masyarakat atau tamu yang datang tidak ragu. “Tapi perlu kami sampaikan bahwa semua makanan yang dijual di Aceh itu dijamin halal.”
“Selamat menikmati kuliner-kuliner di Aceh, karena di Aceh hanya ada makanan yang enak dan enak sekali,” ujar Azhari.[]