Dewan Pengarah Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Dr Tengku Amri Fatmi Anziz, menjadi narasumber pada Kajian Kedai Coffee (KaKeCe) Aceh Barat di Xelo Cafe, malam Ahad 26 Agustus 2023. Pengajian ini terselenggara oleh beberapa pihak yang tergabung dalam Forum Muda Untuk Syariat Islam (FORMUSI).
Ketua Kajian Kedai Coffee (KaKeCe) Aceh Barat Ustaz Aduwina Pakeh mengatakan, KaKeCe telah melakukan pengajian dari satu kedai kopi ke kedai kopi lainnya sejak tahun 2016 yang lalu.
“Untuk KaKeCe kali ini kita bekerja sama dengan Ketua Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) Aceh Barat yaitu Ustazi Syarzal, M.Pd. Adapun untuk konsumsi peserta, kita bekerja sama dengan founder Xelo Coffee langsung, yaitu saudara Mahmud Aziz,” kata Aduwina Pakeh dalam keterangan tertulis, Senin (28/8/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Dr Amri Fatmi mengupas kondisi Aceh saat ini terkait dengan menghadapi masa-masa pemilu yang tak lama lagi akan berlangsung. Alumni Doktoral Universitas Al-Azhar Mesir jurusan Aqidah dan Filsafat ini menjelaskan bahwa faktor keberhasilan masyarakat Aceh dulu dalam menghadapi masa penjajahan dan masa konflik adalah adanya keinginan bersama.
“Pada masa penjajahan, seluruh masyarakat Aceh memiliki satu keinginan yang sama, yaitu ingin merdeka dan mengusir kafir Belanda. Maka, yang masyarakat pilih sebagai pemimpinnya saat itu adalah sosok yang paling berani menyuarakan dan memperjuangkan kemerdekaan,” ujarnya
Ia menyebutkan kalau pada masa konflik Aceh dengan pemerintah pusat Republik Indonesia, saat itu juga masyarakat Aceh memiliki keinginan yang sama, yaitu merdeka atau damai, damai atau merdeka. Masyarakat Aceh tak ingin konflik.
“Maka, yang masyarakat pilih sebagai pemimpinnya di waktu itu adalah yang berani menyuarakan kemerdekaan atau perdamaian dan memperjuangkannya,” terangnya.
Ia menggambarkan bahwa kondisi saat ini berbeda. “Kondisi saat ini berbeda. Masyarakat Aceh tidak tahu apa keinginan bersama yang mereka perjuangkan, sehingga terjadi kesulitan dalam memilih wakil rakyat atau pemimpin,” kata Amri.
Sebagai solusinya, Dr Amri Fatmi mengatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa dibutuhkan tiga hal, yaitu eksistensi, keamanan dan pembangunan.
“Secara eksistensi, Aceh diakui dan terasa keberadaannya. Secara keamanan, Aceh alhamdulillah sudah aman. Tinggal pembangunan. Dan pembangunan ini ada dua, yaitu pembangunan jiwa atau karakter dan pembangunan fisik. Pembangunan jiwa ini lebih didahulukan,” ujar Doktor Amri.
Menjelaskan hal ini, dai internasional ini mengutip firman Allah Swt dalam Surah Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum hingga mereka sendiri yang mengubah jiwa mereka.” Mengubah jiwa dalam ayat ini adalah mengubah mental, akhlak, karakter. Dengan perubahan jiwa maka akan terwujud perubahan fisik dan terwujud pembangunan fisik yang berhasil.
Dr Amri Fatmi memberikan contoh jika pembangunan fisik didahulukan dari pada karakter. “Dulu ada program membuat lampu penerang jalan di sepanjang gunung Seulawah yang menggunakan tenaga matahari. Sehingga, malam hari sepanjang gunung menjadi terang, seperti kota. Namun, karena karakternya belum dibangun, maka satu persatu tiang itu tumbang, dan lampunya dicuri hilang hingga habis semuanya.”
Sebagai solusi dalam menghadapi masa-masa pemilu ke depan, Dr Amri mengajak masyarakat Aceh untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin yang memiliki program pembangunan karakter dan benar-benar mampu memperjuangkannya dan mewujudkannya.[]