Rehab makam Pahlawan Nasional Cut Meutia yang dikerjakan prajurit TNI dari Korem 011 Lilawangsa Lhokseumawe, hampir rampung. Progresnya sudah 80 persen.
Demikian disampaikan Komandan Korem 011 Lilawangsa, Kolonel Ali Imran usai meninjau lokasi makam Cut Meutia, di Kawasan Hutan Lindung Gunung Lipeh, Ujong Krueng Kereuto, Pirak Timu, Aceh Utara, Ahad (20/4/2025).
Kolonel Ali didampingi istri, dan Dandim 0103 Aceh Utara, Letkol Kav Makhyar, perwakilan Staf PLN Lhokseumawe. Mereka menelusuri akses jalur sungai menuju ke Makam Cut Meutia, sebagian rombongan menggunakan trail dari akses jalan baru.
“Sampai saat ini pembangunan makam Cut Meutia dan makam Tengku Supot Mata sudah hampir 80 persen dikerjakan. Namun kendala akses jalan menjadi hambatan pembangunan makam,” kata Danrem Lilawangsa.
Dia menargetkan, khusus pembangunan dua makam rampung sekitar Juli 2025. Sementara untuk pembanunan kompleks makam serta berbagai fasilitas lainnya masih membutuhkan waktu.
“Pekerjaan makam ini dimulai Oktober 2024, kendalanya hanya satu, medannya agak sulit, terpaksa kita lalui dari jalur lewat sungai, tadi kita tempuh waktu satu jam lebih, sekitar 2,5 Km mengangkut material berupa besi, marmer keramik dan genteng, semuanya membutuhkan tenaga dan berkehati-hatian,” ujarnya.
Harapanya, kepada pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara dan Pemerintah pusat Provinsi Aceh, pembangungan akses jalan menuju ke makam Pahlawan Nasional Cut Meutia agar dibuka secara permanen dan diaspal.
“Selain pembangunan makam dan akses jalan, begitupun fasilitas lain yang akan dibangun masih banyak, saat ini baru dibantu sumbangsih oleh pegadaian pusat dan PLN pusat. Ke depan apabila akses jalan telah memadai, maka pembangunan makam dan lainnya dengan cepat selesai, selain memudahkan penziarah, situs sejarah Makam Cut Meutia tetap terawat,” pungkas Danrem.
Pembangunan makam Pahlawan Nasional Cut Meutia melibatkan puluhan prajurit TNI Korem 011 ilawangsa, Kodim 0103/Aceh Utara, dibantu personel dari Brigib 25/Siwah, Yonkav 11, Yonarhanud 5, Yonzipur Indrapuri, dan Denbekang Lhokseumawe. Mereka menetap di sekitar makam, setiap dua bulan sekali rotasi bergantian. []