World Research Institute (WRI) Indonesia dan Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh memberikan pelatihan jurnalisme warga bertema ‘Warga Bercerita: Pelatihan Pembuatan Konten Media Sosial Untuk Perhutanan Sosial’ kepada 25 pemuda di Banda Aceh dan 25 pemuda di Pasaman, Sumbar.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 21-24 Agustus di Pasaman, Sumatra Barat dan 29 Agustus sampai 1 September di Banda Aceh, Aceh. Peserta berasal dari berbagai latar belakang mulai pelajar, IRT, petani, pendamping perhutanan sosial, dan ASN.
Senior Manager for Reseach, Data, dan Innovation WRI Indonesia, Dean Affandi mengatakan tujuan pelatihan tersebut untuk meningkatkan pelibatan masyarakat terkait dengan arah program perhutanan sosial di daerah masing-masing melalui media sosial.
“Masyarakat dapat memberikan kontribusinya untuk memajukan program perhutanan sosial dan memberikan masukan-masukan untuk arah yang lebih baik sehingga harapannya masyarakat awam pun menjadi lebih paham dan mengerti akan potensi yang dimiliki dari program ini,” katanya.
Melalui pelatihan ini, Dean berharap para peserta dapat menjadi agen perubahan yang dapat memberikan pengertian lebih pada masyarakat umum terkait program perhutanan sosial dan potensi-potensi yang dimiliki.
“Sehingga isu-isu yang diusung program perhutanan sosial seperti kesejahteraan masyarakat hutan dan hutan yang lestari dapat menjadi perhatian bersama tidak hanya segelintir kelompok saja,” katanya.
Adapun kegiatan pelatihan jurnalisme warga untuk kelompok perhutanan sosial ini diberikan langsung oleh FJL Aceh, para peserta dibekali kemampuan menulis informasi yang memuat unsur lengkap 5W+1H, memotret, mengambil visual video, hingga membuat desain grafis yang menarik untuk diunggah menjadi konten media sosial.
Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh, Munandar, kegiatan ini merupakan kolaborasi yang kedua kalinya antara FJL Aceh dan WRI Indonesia. Namun, bedanya pada tahun ini pelatihan jurnalisme berfokus pada pembuatan konten media sosial. “Output dari kegiatan ini tentu untuk para peserta sendiri yang nantinya bisa langsung menjadi bagian dari jurnalis,” katanya.
Namun, jurnalis yang dimaksud yaitu jurnalisme warga sehingga para peserta bisa mandiri mempublikasikan setiap hal yang menarik atau penting di tempat tinggal mereka. Apalagi sekarang tren publikasi menggunakan medis sosial juga sangat masif dilakukan.
“Misal memberitakan potensi wisata dan keunggulan desa tempat tinggalnya, atau memberitakan sesuatu yang bisa membuat kebijakan dari pemerintah bisa langsung di tindak lanjuti,” katanya.
Sementara itu, South Sumatra and Aceh Senior Program Lead WRI Indonesia, Jasnari, mengatakan perhutanan sosial terutama di Aceh secara bertahap terus berkembang dengan baik, program pemberian akses untuk perluasan persetujuan Perhutanan sosial terus berjalan.
“Hal ini dibuktikan telah dilakukan verifikasi teknis dari KLHK terhadap permohonan persetujuan perhutanan sosial di Aceh seperti usulan hutan desa/kampung dan juga HKM maupun hutan Adat yang sangat di tunggu-tunggu di Aceh juga telah dilakukan verifikasi lapangan pada pertengahan bulan Agustus lalu,” katanya.
Lebih lanjut, kata dia, WRI Indonesia terus melakukan upaya yang mendukung pemanfaatan perhutanan sosial. Di wilayah Aceh, WRI Indonesia Regional Aceh memberikan dukungan pada perluasan persetujuan perhutanan sosial, melalui pendampingan langsung maupun secara tidak langsung dengan berkolaborasi bersama mitra. []