Lebih dari seratus pengungsi Rohingya yang menempati tenda sementara harus angkat kaki dari Gampong Balohan, Kecamatan Sukajaya, Sabang, Aceh.
Warga setempat menolak pengungsi ada di sana. “Masyarakat menolak karena takut hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Rusli, Penjabat Keuchik Balohan, Senin (4/12/2023).
“Karena banyak pengalaman buruk [masa] lalu yang terjadi dan dialami masyarakat.”
Pengungsi ini tiba di pantai Ie Meulee, Sabang, pada Sabtu dini hari lalu. Mereka lalu dipindahkan ke Gampong Balohan.
Masyarakat Balohan menggelar rapat tadi malam membahas penempatan pengungsi di desa mereka.
“Tuha gampong dan juga masyarakat [Balohan] menolak untuk ditempatkan Rohingya,” katanya.
Senin siang, warga membongkar tenda yang ditempati pengungsi, dan membawa mereka ke kantor wali kota Sabang.
‘Belum Ada Tempat’
Badan Dunia Urusan Pengungsi (UNHCR) masih berkoordinasi terkait penolakan ini dengan pemerintah. Tapi sejauh ini belum ada kepastian akan dibawa ke mana pengungsi Rohingya itu.
“Untuk sementara ini posisi pengungsi Rohingya memang belum ada tempat karena tenda sudah dibongkar,” kata Faisal Rahman, anggota staf UNHCR di Aceh kepada acehkini, Senin.
“Jadi posisi sementara belum tahu kita akan geser kemana. Jadi kita akan menunggu petunjuk dari pemerintah dulu karena masih koordinasi dengan pemerintah.”
Lebih dari Seribu
Pengungsi Rohingya sudah lebih dari seribu orang tiba di Aceh dalam beberapa pekan ini. Mereka mendarat di Aceh dalam beberapa ‘gelombang’.
Mereka pergi dari kamp pengungsian Cox’s Bazar di Bangladesh.
Orang-orang Rohingya menjadi etnis minoritas paling teraniaya di dunia. Mereka diusir dan tak diakui sebagai warga negara di tanah airnya: Myanmar.
Bertahun-tahun, mereka hidup di kamp pengungsian di Bangladesh, yang kini jumlahnya lebih dari sejuta orang.[]