BerandaNewsKhasNelangsa Gajah Aceh

Nelangsa Gajah Aceh

Published on

Dulu, gajah menjadi simbol kebesaran Kesultanan Aceh, turut dalam upacara megah dan pertempuran. Kini, mereka berada di pusaran konflik antara satwa dan manusia.

Sultan Iskandar Muda, yang memimpin pada masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam (1607-1636 M), beberapa kali harus singgah saat menempuh perjalanan dari Pidie ke Pasai. Ia berburu gajah.

Berhentinya sultan untuk berburu gajah menunjukkan betapa pentingnya hewan ini dalam kehidupan dan pasukan Aceh.

Dalam buku Menuju Sejarah Sumatra: Antara Indonesia dan Dunia (2011), Anthony Reid menuliskan bahwa gajah dianggap bagian penting dari pasukan Aceh dan sebagai lambang kedudukan tinggi.

Pada abad ke-17, hutan-hutan Aceh masih dipenuhi gajah. Sultan Iskandar Muda konon memiliki 900 ekor gajah, sementara menantunya, Iskandar Thani, memiliki 1.000 ekor.

Gajah juga menjadi simbol keagungan bagi raja-raja Aceh dan Siam. Bahkan, Aceh tidak memerlukan pertahanan fisik karena banyaknya gajah yang bertempur di sana.

Gajah turut berperan dalam berbagai perhelatan megah, termasuk pernikahan dan pemakaman. Dalam upacara pemakaman Sultan Iskandar Thani pada Februari 1641, 260 ekor gajah turut serta, dihiasi dengan kain sutra, emas, dan perak.

Konflik Gajah-Manusia di Masa Kini

Ratusan tahun setelah masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, gajah-gajah Aceh tidak lagi menjadi lambang keagungan, tetapi terlibat dalam konflik satwa yang tak berkesudahan.

Ilustrasi gajah. Foto: Abdul Hadi/acehkini
Ilustrasi gajah. Foto: Abdul Hadi/acehkini

Petani di Kabupaten Pidie, misalnya, sejak 2015 tidak lagi bisa berkebun dengan tenang karena gajah liar yang sering keluar masuk kebun mereka. Konflik ini juga telah menelan korban, baik dari pihak manusia maupun gajah.

Balai Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wilayah Sumatera mencatat 582 kasus konflik gajah-manusia di Aceh sepanjang 2015-2021, dengan kematian gajah mencapai 46 ekor.

Pada tahun 2020, jumlah populasi gajah liar di hutan Aceh diperkirakan hanya tersisa 539 ekor.

Kisah gajah Aceh kini berada di persimpangan. Jika kondisi ini terus berlanjut, alur cerita nelangsa gajah di masa mendatang akan semakin suram.[]

Follow konten ACEHKINI.ID di Google News

Artikel Terbaru

IPC dan MaTA Sampaikan Hasil Kajian di Nagan Raya, Mendorong Legislasi Hijau

Indonesian Parlementary Center (IPC) dan Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) menggelar diskusi untuk memaparkan hasil...

KPK Hibahkan Tanah Hasil Tipikor ke Pemerintah Aceh

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia menghibahkan sebidang tanah hasil tindak pidana korupsi (Tipikor)...

Uroe Peukan Tampilkan Kreativitas Perempuan Aceh, dari Hasil Hutan Bukan Kayu hingga Produk Ramah Lingkungan

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, Marlina atau akrab disapa Kak Na, mengapresiasi...

Indonesia Tegaskan Arah Baru Energi Nasional di ADIPEC 2025, Booth BPMA Jadi Sorotan Investor Global

Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) menjadi sorotan dalam ajang Abu Dhabi International Petroleum Exhibition...

Pertama Kali ke Aceh, Dubes Kanada Bertemu Wali Nanggroe

Duta Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, Jess Dutton, melakukan pertemuan dengan Wali...

More like this

IPC dan MaTA Sampaikan Hasil Kajian di Nagan Raya, Mendorong Legislasi Hijau

Indonesian Parlementary Center (IPC) dan Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) menggelar diskusi untuk memaparkan hasil...

KPK Hibahkan Tanah Hasil Tipikor ke Pemerintah Aceh

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia menghibahkan sebidang tanah hasil tindak pidana korupsi (Tipikor)...

Uroe Peukan Tampilkan Kreativitas Perempuan Aceh, dari Hasil Hutan Bukan Kayu hingga Produk Ramah Lingkungan

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, Marlina atau akrab disapa Kak Na, mengapresiasi...