Pandangan masih terhalang gumpalan kabut tipis pada suatu pagi, Senin (24/4/2023), kala Muksal (32 tahun) dan beberapa rekannya bersiap-siap untuk meuramien atau wisata. Alat-alat yang dipersiapkan di antaranya kuali besar (beulangong), tungku untuk memasak, bumbu untuk mengolah aneka makanan, dan kambing untuk disembelih.
Meuramien adalah istilah umum yang digunakan masyarakat Aceh untuk berwisata sekaligus silaturahmi sambil memasak bersama-sama di suatu tempat, misalnya di pantai, sawah-sawah dan sungai. Bagi masyarakat Tangse di Kabupaten Pidie, aktivitas meuramien sering dilakukan di pinggiran sungai. Ini dikarenakan wilayah itu dikenal sebagai kawasan pegunungan yang memilik banyak sungai jernih mengalir tanpa jeda di celah-celah perbukitan.
Memasuki lebaran ketiga Idulfitri 1444 H, aktivitas meuramien semakin digemari warga. Banyak pemudik yang menghabiskan waktu berkumpul bersama kerabat di kampung halamannya untuk meuramien. Mereka biasa mengajak seluruh anggota keluarganya, teman-teman masa sekolah dulu untuk berkumpul bersama melepaskan kerinduan selama di perantauan.
Di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Tangse-Geumpang, aktivitas meuramien terlihat. Sejumlah tenda terlihat dibentangkan warga untuk memasak dan sekaligus menyantap makanan bersama di pinggiran sungai.
Sementara, sebagian lainnya terlihat menceburkan diri sambil menyelami jernih dan dinginnya air pegunungan Tangse. “Ini (meuramien) sudah sering kita lakukan, terutama saat lebaran ketiga Idulfitri ataupun Iduladha. Dananya kita kumpulkan bersama secara meuripee (patungan) untuk kita beli kambing untuk kita masak dan makan bersama,” ujar Muksal.

Muksal mengaku, warga umumnya sudah mempersiapkan dana jauh-jauh hari untuk membeli seekor kambing dan segala macam peralatan dapur untuk dimasak di pinggir sungai. Bahkan, tradisi meuramien ini tak hanya dilakukan warga Tangse, namun juga pengunjung dari daerah lainnya. Mereka sengaja memboyong seluruh keluarganya untuk berwisata bersama di pinggir sungai.
“Suasana alamnya masih asri dan nyaman. Nanti kita sehabis mandi langsung makan bersama. Namun bagi pengunjung apabila hendak mandi harus berhati-hati karena arus sungainya deras. Apalagi di musim penghujan ini,” jelasnya. []
Taufik Ar-Rifai