Ephesus, sebuah wilayah di Turki menyimpan banyak kisah masa lalu. Diyakini sebagai lokasi gua yang tertulis dalam Al-Qur’an, tempat tujuh pemuda tertidur selama ratusan tahun di dalamnya dikenal dengan Aṣḥabul Kahfi. Simak laporan Rizqan Kamil untuk acehkini berikut ini.
Ephesus adalah kota pelabuhan kuno yang yang terletak di dekat pantai barat Turki. Jaraknya kira-kira 80 kilometer (km) selatan Izmir, tempat Laut Aegea bertemu dengan bekas muara Sungai Kaystros. Selama berabad-abad, Ephesus berfungsi sebagai persimpangan antara Timur dan Barat.
Ephesus dianggap sebagai kota Yunani terpenting dulunya, kota terbesar kedua Kekaisaran Romawi, serta kini menjadi salah satu situs arkeologi Romawi paling besar di Mediterania. Kota kuno Ephesus dibangun pada abad ke-10 SM atau diprediksi tahun-tahun di mana Nabi Daud AS hidup.
Ephesus merupakan satu dari dua belas kumpulan kota-kota Yunani kuno yang berada di wilayah pesisir barat Turki sekarang. Kota ini berada di bawah kendali Republik Romawi sejak 129 SM serta terkenal pada masanya karena Kuil Artemis, sebuah kuil yang tercatat sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia kuno.
Ephesus merupakan kota penerima salah satu surat Paulus; salah satu dari tujuh gereja di Asia yang disebutkan dalam Kitab Injil; kota yang pernah dikunjungi Cleopatra; rumah bagi bunda Maria, serta tempat berlangsungnya Konsili Kristen pada abad ke-5. Lebih mendalam lagi, kota ini memiliki kisah yang tercatat dalam tradisi Islam maupun Kristen, yaitu kisah Seven Sleepers atau dikenal sebagai Aṣḥabul Kahfi dalam Al-Qur’an.
Seven Sleepers atau Ashabul Kahfi adalah legenda abad pertengahan tentang sekelompok pemuda yang bersembunyi di dalam gua di luar kota Ephesus, yang terjadi sekitar tahun 250 M untuk menghindari salah satu persekusi raja Romawi, saat itu dipimpin oleh Kaisar Decius (dalam Islam disebut Diqyanus) terhadap tujuh pemuda, mereka tertidur dalam gua tersebut, dan bangun 300 tahun kemudian.
Decius adalah seorang politisi terkemuka pada masa pemerintahan Philip the Arab, seorang kaisar Romawi dari wilayah tenggara Damaskus yang berhasil naik takhta. Decius diproklamasikan sebagai kaisar oleh pasukannya setelah menghentikan pemberontakan di Moesia (Balkan tenggara). Pada tahun 249, dia mengalahkan dan membunuh Philip di dekat Verona (Italia) dan diakui sebagai kaisar Romawi oleh Senat sesudahnya.
Selama naik takhta, Decius mengeluarkan dekrit yang mewajibkan penduduk Kekaisaran Romawi untuk berkorban kepada para dewa. Dengan dekrit ini, Decius meresmikan penganiayaan terorganisasi pertama terhadap rakyat di Kekaisaran Romawi dan menjadi dasar bagi penganiayaan Diokletianus. Legenda Seven Sleepers adalah korban langsung dari aturan persekusi tersebut. Tujuh pemuda ini mengetahui akan dipersekusi, mereka berhasil melarikan diri dari Ephesus untuk menghindari penganiayaan Decianus, dan bersembunyi di sebuah gua hingga tertidur selama 300 tahun.
Ada beberapa versi terkait kisah Seven Sleepers, versi paling awal dari kisah ini berasal dari uskup Syria Yakub dari Serugh (Selatan Turki) pada tahun 450–521 M, yang berasal dari sumber Yunani sebelumnya yang sekarang dianggap telah hilang. Garis besar kisah ini juga muncul dalam tulisan-tulisan Gregory dari Tours (Perancis) tahun 538–594 M dan di History of the Lombards of Paul the Deacon tahun 720–799 M. Dalam Islam, kisah Seven Sleepers yang disebut sebagai Ashabul Kahfi bisa dibaca dalam Al-Qur’an (18:9-26).
Kisah Ashabul Kahfi ditemukan setidaknya dalam sembilan bahasa pada abad pertengahan dan tercatat di 200 manuskrip, terutama berasal dari abad ke-9 dan ke-13. Termasuk diantaranya 104 manuskrip Latin, 40 Yunani, 33 Arab, 17 Suriah, enam Ethiopia, lima Koptik, dua Armenia, satu Irlandia Tengah, dan satu bahasa Inggris Kuno. Cerita ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Sogdiana, satu bahasa di wilayah jalur sutra di modern Uzbekistan.
Ada beberapa pandangan tentang 300 tahun yang dilalui oleh Ashabul Kahfi. Angka tertinggi yang pernah tercatat adalah 373 tahun, yang diutarakan oleh oleh Gregory of Tours. Beberapa pendapat lain sekitar 372. Sementara Jacobus de Voragine menghitungnya sekitar 196 tahun, dari tahun 252 hingga 448 M. Perhitungan lain ada yang menunjukkan 195 tahun.
Dalam Islam sendiri, diberikan penjelasan para Ashabul Kahfi ini tidur sekitar 309 tahun, termaktub dalam Al-Qur’an 18:25 yaitu, “Dan mereka tinggal di gua mereka selama tiga ratus tahun dan melebihi sembilan tahun.”
Sementara tentang situs “Gua Ashabul Kahfi”, tidak ada bukti arkeologis dimana situs ini berada. Klaim pertama terdapat di lereng gunung Pion yang berada di dekat Ephesus, digali pada tahun 1926–1928. Ini mengacu pada prasasti yang didedikasikan untuk Seven Sleepers yang ditemukan di dinding-dinding gua.
Situs-situs gua lain diklaim berada di Damaskus Suriah, Tarsus, dan Afşin Turki. Terakhir sebuah gua di dekat Amman, Yordania, juga dikenal sebagai gua Ashabul Kahfi. Gua ini diidentifikasi dengan catatan Al-Qur’an, serta didasarkan pada temuan tengkorak anjing di dekat pintu gua.
Kota Ephesus sempat dihancurkan oleh bangsa Goth pada tahun 263 M. Meskipun kemudian dibangun kembali, kepentingannya sebagai pusat komersial menurun karena pelabuhannya perlahan-lahan tertimbun lumpur oleh Sungai Küçükmenderes. Pada 614, sebagian kota hancur oleh bencana gempa bumi. Terakhir ketika bangsa Turki menaklukkan Ephesus pada tahun 1090, kota ini telah menjadi sebuah desa kecil.
Sejarah penemuan dan penelitian arkeologi di Ephesus dimulai pada tahun 1863, ketika arsitek Inggris John Turtle Wood, disponsori oleh British Museum mulai mencari kuil Artemis, namun penggalian dihentikan pada tahun 1874. Tahun 1895 arkeolog Jerman Otto Benndorf, dibiayai oleh sumbangan 10.000 gulden yang diberikan oleh Austria melanjutkan penggalian. Pada tahun 1898 Benndorf mendirikan Institut Arkeologi Austria, yang memainkan peran utama penemuan-penemuan di Ephesus saat ini.
Ephesus menyisakan situs arkeologi Romawi terbesar di wilayah Mediterania. Reruntuhan yang terlihat masih memberikan gambaran tentang kemegahan asli kota, beberapa yang tersisa seperti perpustakaan Celcus. Perpustakaan Celcus menyimpan 12.000 gulungan naskah pengetahuan, merupakan perpustakaan terbesar ketiga pada masanya, setelah pustaka di Alexandria (Mesir modern) dan Pergamon (Turki modern).
Peninggalan situs terbesar lainnya adalah teater, dengan kapasitas sekitar 25.000 tempat duduk, teater ini diyakini sebagai salah satu teater kuno terbesar di dunia. Teater terbuka ini awalnya digunakan untuk drama, tetapi pada masa Romawi diselenggarakan sebagai ajang pertarungan gladiator. Bukti arkeologi pertama kuburan gladiator ditemukan pada Mei 2007.
Ephesus juga melahirkan tokoh bernama Heraclitus, salah satu filsuf pra-Socrates yang paling signifikan. Banyak filsuf seperti Plato, Aristoteles, Georg Hegel, Alfred North Whitehead, mengaku dipengaruhi oleh gagasan Heraclitus. Kutipan popular Heraclitus paling terkenal adalah “Tidak ada orang yang pernah menginjak sungai yang sama dua kali, karena itu bukan sungai yang sama, dan dia bukan orang yang sama”.
Tahun 2015 reruntuhan Ephesus berhasil ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, melengkapi 18 Situs Warisan Dunia UNESCO lainnya di Turki. Untuk wisatawan, akses termudah ke Ephesus bisa memilih jalur udara, darat maupun laut. Melalui udara, Ephesus bisa dijangkau melalui Bandara Adnan Menderes Izmir, dari laut melalui kota Kuşadası, sedangkat dari darat, bisa menaiki minibus dari terminal bus utama kota Izmir. []