BerandaGaya HidupKisah Teh dalam Sejarah Turki

Kisah Teh dalam Sejarah Turki

Published on

Di Turki, minuman teh lekat dengan stuktur sosial masyarakat. Teh telah menjadi tradisi di sana dalam jamuan dan agenda warga lainnya. Bagaimana sejarahnya? Simak laporan Rizqan Kamil untuk acehkini berikut ini:

Teh, minuman dataran tinggi menyebar ke seluruh dunia dari wilayah Timur, yaitu; Cina, Jepang, dan India, hingga ke Barat. Ketika teh pertama kali sampai di dunia Barat, konsumen pertama adalah para bangsawan.

Pada tahun 1700-an Eropa merupakan konsumen kopi terbesar, kemudian teh menggantikan kopi pada awal abad 18. Perubahan ini dimulai ketika Perusahaan Hindia Timur mendirikan pos dagang di Cina dan mulai mengimpor teh secara langsung, akibatnya pasokan teh meningkat dan harganya turun, sehingga teh menghasilkan produk yang tersedia dengan jumlah sangat besar.

Di Turki, teh merupakan minuman paling umum dikonsumsi. Meskipun berbagai jenis teh panas, es teh, teh hijau, dan teh putih juga diproduksi, teh hitam berada di urutan teratas dengan 90,1%. Turki  menempati peringkat pertama di dunia dalam hal konsumsi teh per kapita. Menurut para peneliti, orang Türkiye minum teh dimulai pada abad ke-19 selama periode Ottoman. Bahkan, tempat-tempat umum seperti Çayhane (kedai teh) dan Çayevi (rumah teh) dibuka di Istanbul dan cukup popular kala itu.

Teh memperoleh penerimaan yang lebih luas di Anatolia (wilayah Turki bagian Asia) setelah tahun 1950-an dengan peningkatan jumlah pabrik teh sejalan dengan perkembangan pertanian. Negara Turki yang didirikan setelah jatuhnya Ottoman sangat fokus terhadap industri pertanian teh dan melaksanakan perencanaan khusus di semua tahapan. Setelah upaya jangka panjang, diputuskan bahwa budidaya teh dilakukan di wilayah Laut Hitam Timur, dan provinsi Rize menjadi pusat produksi teh.

Mengapa provinsi Rize? Pertama adalah untuk tujuan memecahkan masalah sosial dan ekonomi di Rize yang muncul pada akhir periode Ottoman atau di awal kemerdekaan Turki. Kedua, geografinya sebagian besar bergunung-gunung, dengan lahan pertanian sebagai tumpuan utama dan cocok untuk kebun teh. Ketiga, masyarakat Rize memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Bahkan terkadang, mereka menggunakan mata uang Rubel Rusia untuk berbelanja.

Namun, setelah Revolusi Soviet di Rusia pada tahun 1917, orang-orang di Rize mengalami kesulitan dalam berbagai hal, termasuk transaksi ekonomi.

Setelah keluarnya Undang-Undang 1924 oleh parlemen Turki tentang Agrikultur, pemerintah segera membagikan bibit teh kepada masyarakat secara gratis, inspeksi dilakukan dalam waktu enam bulan sejak tanggal undang-undang keluar, lokasi perkebunan ditentukan dan diberitahukan kepada para pemiliknya. Penanaman dilakukan dalam waktu tiga tahun, serta bebas pajak selama sepuluh tahun.

Sajian teh di Turki telah menjadi tradisi. Foto: Rizqan Kamil

Dalam prosesnya, terjadi kendala antara tahun 1927 hingga 1935, di mana tidak adanya perkembangan signifikan dalam pertanian teh. Akhirnya pemerintah Turki mencoba melakukan “kebijakan swasembada”, terutama budidaya produk secara khusus seperti mengirim para petani teh ke Rusia untuk belajar budidaya secara langsung, mengatur ulang kebijakan impor dan bea cukai, mendorong konsumsi dan penjualan teh ke pasar domestik, bahkan melarang teh impor. Pada periode ini, teh merupakan isu yang paling banyak dibahas di antara semua produk pertanian yang dibudidayakan di Turki.

Sedangkan di Istanbul dan ibukota Ankara, para pers lokal terus memberitakan peran penting yang dimainkan teh untuk perekonomian negara; menerbitkan ragam artikel yang menjelaskan aspek teknis teh, yang mengabarkan bahwa di masa mendatang teh Turki akan dikenal di seluruh dunia.

Pada tahun 1939, ketika area penanaman teh mencapai 1.547 hektare, pemerintah mengakui tidak mungkin lagi untuk memproses jumlah daun teh hijau secara manual. Karena alasan ini, lokakarya pengolahan teh pertama didirikan di pembibitan pusat Rize, dan 2.000 kilogram daun teh hijau diproses setiap hari.

Di sisi lain, sebuah tradisi Festival Teh juga dicetuskan, pertama dirayakan pada tanggal 21 Mei 1939. Gubernur yang bernaung di wilayah Laut Hitam memberi penghargaan khusus kepada petani yang hasil panennya memuaskan. Teh buatan tangan ini juga dikirim ke Presiden İsmet İnönü, presiden kedua Turki kala itu.

Sejak tahun 1940, Institut Pertanian Tinggi Ankara dan Direktorat Seni Pertanian mulai mengawasi kualitas teh Rize. Analisis dilakukan secara berkala, dan pada 1945, 78% permintaan teh Turki berasal dari dalam negeri. Pada tahun 1945-an, “Pertemuan minum teh, pesta minum teh” diselenggarakan di rumah-rumah mewah tepi laut di Selat Bosporus yang dimiliki oleh beberapa orang kaya yang tinggal di Istanbul. Budaya ini juga diaplikasikan ke universitas-universitas terkemuka saat itu, misalnya rektor mengiklankan “Teh Rize dalam negeri dan murah” yang dikirim oleh Kementerian Pertanian kepada para mahasiswa.

Pada tahun 1950-an ketika nilai teh ditetapkan menurut barang-barang konsumen lainnya, harga teh hijau yang dibeli oleh negara dari para petani membumbung tinggi. Bagi masyarakat, teh identik dengan kekayaan. Oleh karena itu, daun teh disebut “emas hijau”.

Puas dengan pendapatan yang diperoleh dari kebun teh, penduduk desa menanam lebih banyak bibit teh. Hasilnya, antara tahun 1950 dan 1960, luas areal perkebunan teh meningkat dari 26.423 hektare menjadi 134.880 hektare, sementara produksi teh kering meningkat dari 207 ton menjadi 5.815 ton. Jumlah penduduk desa penghasil teh juga meningkat dari 11.976 menjadi 63.497. Tentu saja, pada tahun-tahun ini teh tersedia untuk semua lapisan masyarakat di Turki dengan harga yang wajar.

Pada tahun-tahun berikutnya, para pejabat pemerintah mengakui dampak besar industri teh terhadap pembangunan negara. Dengan meningkatnya kemakmuran sektor teh, dana yang dihasilkan digunakan untuk membangun infrastruktur penting seperti jalan, sekolah, dan rumah sakit. Pada pertengahan abad ke-20, teh telah menjadi minuman pilihan di Turki. Pada tahun puncaknya di tahun 2019, Turki memproduksi 1,45 juta ton teh, menyumbang 4% dari produksi teh global, menghasilkan pendapatan negara sebesar $9,1 miliar.

Terakhir, jika mencermati lebih dekat, upaya jangka panjang Pemerintah Turki untuk membangun industri pertanian teh dianggap positif dan sukses. Peran dan kontrol negara atas produksi dan penjualan teh dalam negeri serta monopoli negara atas impor, berhasil “melindungi” petani teh dan memudahkan sebagian besar masyarakat Turki untuk membeli teh. Hasilnya teh menjadi minuman “tradisional” yang tersedia untuk semua kelas sosial. Kestabilan rantai pasok teh ini pada akhirnya mengintervensi struktur sosial masyarakat Turki, melahirkan kultur minum teh yang kuat dan mengakar hingga sekarang. []

Sajian teh di restoran Turki. Foto: Rizqan Kamil
Follow konten ACEHKINI.ID di Google News

Artikel Terbaru

Danrem Lilawangsa Pimpin Tradisi Penerimaan Warga Baru Perwira TNI

Komandan Korem (Danrem) 011 Lilawangsa Kolonel Ali Imran memimpin penerimaan warga baru, sebanyak empat...

8 Dosen UIN Ar-Raniry Lulus Uji Kompetensi Guru Besar, Berikut Nama-namanya

Delapan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh diumumkan telah berhasil lulus uji...

Menag Sampaikan Tiga Pesan Penting kepada Calon Jemaah Haji

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan, persiapan layanan haji di Arab Saudi hampir selesai....

Jadwal Persiraja vs PSPS di Babak 8 Besar Liga 2 Diundur Dua Hari

Laga kandang pertama Persiraja Banda Aceh di babak 8 besar Liga 2 2024/25 melawan...

Bupati Tunjuk Bahrul Jamil sebagai Plt Sekda Aceh Besar

Penjabat Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto menunjuk Bahrul Jamil sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Sekda...

More like this

Danrem Lilawangsa Pimpin Tradisi Penerimaan Warga Baru Perwira TNI

Komandan Korem (Danrem) 011 Lilawangsa Kolonel Ali Imran memimpin penerimaan warga baru, sebanyak empat...

8 Dosen UIN Ar-Raniry Lulus Uji Kompetensi Guru Besar, Berikut Nama-namanya

Delapan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh diumumkan telah berhasil lulus uji...

Menag Sampaikan Tiga Pesan Penting kepada Calon Jemaah Haji

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan, persiapan layanan haji di Arab Saudi hampir selesai....