Jurnalis berbagai organisasi pers di Aceh mengenang 20 tahun Gempa dan Tsunami Aceh dengan menggelar doa bersama di warung kopi Sirnagalih, depan Sekretariat AJI Banda Aceh, Kamis (26/12/2024) malam.
Kegiatan itu mengambil tema ‘Mengenang Sahabat’. Organisasi pers yang terlibat adalah AJI Banda Aceh, PWI Aceh, IJTI Aceh, PFI Aceh, serta sekolah jurnalistik MJC Banda Aceh, dan lembaga kemanusiaan MER-C.
“Sekitar 28 jurnalis Aceh menjadi korban tsunami, belum lagi keluarganya. Kegiatan seperti ini rutin digelar setiap tahun, kita berkolaborasi dengan semua organisasi pers,” kata Reza Munawir, Ketua AJI Banda Aceh.
Dalam acara itu, jurnalis juga menyantuni sejumlah anak yatim dari kalangan keluarga jurnalis. “Selain meninggal karena tsunami, juga mereka yang orang tuanya meninggal setelah tsunami,” ujarnya.
Selain mengenang peristiwa yang berlalu, Reza menuturkan peran jurnalis sangat penting dalam mengedukasi masyarakat terkait mitigasi bencana. Menurutnya, dua gempa besar di Aceh setelah tsunami 2004, yaitu gempa Aceh Tengah dan Pidie Jaya juga masih memakan korban jiwa.
“Kita masih kurang mitigasi bencana, ini tugas jurnalis untuk tidak meninggalkan isu mitigasi. Jurnalis perlu ambil peran ini demi keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi gempa dan tsunami,” kata Reza Munawir.[]