Ketua FKPT Aceh, Dr. Wiratmadinata, berbagi pemahaman dengan kalangan personel Polda Aceh terkait pemberdayaan masyarakat dalam rangka mencegah berkembangnya intoleransi, radikalisme serta terorisme baik di Aceh maupun di Indonesia secara umum. Kegiatan berlangsung di Hotel Mekah Banda Aceh, Selasa (22/7/2025).
“Fenomena radikalisasi pemikiran di kalangan masyarakat, baik individual maupun kelompok dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu individual, keluarga maupun lingkungan, yang membentuk sistim keyakinan, persepsi, konsep si maupun sistim pengetahuan manusia. Kondisi ini dibentuk dalam kognisi publik melalui transformasi informasi, pada saat menggunakan Media Sosial,” ujar Wira, yang juga Dekan Fakultas Hukum Universitas Abulyatama Aceh.
Menurutnya, masyarakat harus hati-hati dengan media sosial, yang jika tidak digunakan secara bertanggungjawab, dapat menjadi saluran berkembangnya berita hoax, yang berisi fitnah, manipulasi pengetahuan, dan manipulasi data.
Melalui medsos pribadi, misalnya grup whatsapp, facebook atau Instagram, seseorang bisa menaburkan informasi salah, yang isinya menanam bibit amarah serta kebencian dari satu kelompok kepada kelompok lain, sehingga orang menjadi radikal, karena kecewa atau frustasi.
“Begitulah proses terjadinya radikalisi dan atau radikalisme, sebagai ladang sumbur pembentukan Mentalitas orang bisa jadi teroris,” ujar Wiratmadinata menjelaskan.
Kata Wira, para aktivis teroris sekarang ini bekerja di belakang komputer, mulai dari meracuni pikiran, memprovokasi orang supaya benci kepada negara, dan ujungnya melakukan kekerasan.
“Semua bisa dilakukan lewat medsos, mulai dari cuci otak, pendanaan sampai rekrutmen pelaku teroris,” ungkapnya.
Kegiatan pembinaan personel Polri ini diselenggarakan oleh Polda Aceh, untuk puluhan perwira yang baru saja menyelesaikan pendidikan Secapa Polri, yang diisi oleh kalangan internal Perwira Tinggi Polda Aceh, juga oleh Majelis Permisyawaratan Ulama (MPU), Aceh, termasuk FKPT Aceh.
“Kegiatan seperti ini adalah bagian dari upaya Polda Aceh untuk menciptakan Polri yang presisi, yaitu profesional dan dapat diandalkan,” AKBP Imam Arsali, penanggungjawab kegiatan.[]



