BerandaNewsKhasCerita di Balik MoU Helsinki: Ketika Jumlah Senjata GAM Mengejutkan Delegasi Republik

Cerita di Balik MoU Helsinki: Ketika Jumlah Senjata GAM Mengejutkan Delegasi Republik

Published on

Perang nyaris tiga dekade di Aceh berakhir 15 Agustus 2005. Kesepakatan damai (MoU) terjalin jauh di tanah Eropa: Helsinki, Finlandia.

SODORAN draf butir kesepakatan paling mutakhir dari Jaakko Oksanen itu bikin Soleman B Ponto terkejut. Isinya, delegasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bersedia untuk menyerahkan 840 pucuk senjata dan menarik mundur 3.000 anggota pasukannya.

“Hal itu memang di luar perkiraan kami,” kisah Soleman dalam bukunya TNI dan Perdamaian di Aceh (2013).

Dalam perundingan damai antara GAM dan RI di Helsinki, Finlandia, itu, Soleman anggota delegasi Republik Indonesia—representasi TNI. Oksanen ialah penasihat militer Martti Ahtisaari di Crisis Management Initiative—mediator perdamaian.

Perundingan itu memakan waktu 24 hari dan berlangsung enam putaran. Dimulai sejak 27 Januari 2005, puncaknya: penandatanganan perjanjian damai pada 15 Agustus 2005.

Soleman bergabung dalam delegasi RI sejak putaran kelima: 12—17 Juli 2005. Selama perundingan, ia tak berhadapan langsung dengan delegasi GAM. Tapi diperantarai Oksanen.

Saat pembahasan mengerucut ke tuntutan pelucutan senjata dan penarikan tentara, Bambang Darmono, anggota delegasi RI, menyerahkan data rinci ke Oksanen.

Sesuai perkiraan Republik, anggota GAM bersenjata 1.084—1.193 orang dan front pendukung 1.076—1.224 orang. Sementara jumlah senjata GAM yang dituntut RI untuk dilucuti berkisar 383—435 pucuk.

Sesuai mekanisme perundingan, mediator tidak boleh menukarkan data kepada masing-masing pihak. “Data yang kami sampaikan ke Oksanen tidak boleh diberitahukan ke pihak GAM, begitu juga sebaliknya,” tulis Soleman.

Data dua belah pihak itu hanya diketahui Martti Ahtisaari dan Oksanen. Berdasarkan data itulah mediator lantas menyusun draf kesepakatan damai yang lebih rinci.

Ketika akhirnya Oksanen memperlihatkan draf kesepakatan yang mutakhir, Soleman terkejut. Jumlah senjata dan tentara GAM jauh lebih banyak dari perkiraan. Padahal menurutnya, TNI sudah cukup senang andai GAM hanya menyerahkan 383 pucuk senjata dan menarik 2.000 anggota pasukan.

“Saya sendiri berpendapat besarnya angka yang disodorkan oleh GAM itu merupakan gambaran semakin besarnya komitmen GAM untuk berdamai,” tulis Soleman.

Setelah penekenan butir-butir kesepakatan, 840 pucuk senjata milik GAM dipotong oleh Aceh Monitoring Mission (AMM)—tim yang dibentuk untuk mengawasi perdamaian. AMM bertugas sejak 15 September 2005 sampai 15 Desember 2006.

Pelucutan senjata GAM itu sebagai imbalan penarikan pasukan nonorganik TNI-Polri dari Aceh. Dalam kesepakatan itu, jumlah anggota TNI organik yang tetap berada di Aceh 14.700 orang dan 9.100 polisi organik.

Menurut Soleman, GAM sempat terkejut dengan jumlah pasukan TNI-Polri itu. Namun, bagi RI, personel sebanyak itu sesuai standar pengamanan yang dibutuhkan Aceh.

“Belakangan kami memang mengetahui bahwa pihak GAM sempat kecewa dan khawatir luar biasa,” tulis Soleman.[]

Follow konten ACEHKINI.ID di Google News

Artikel Terbaru

Wali Nanggroe Aceh Tinjau Lapas Perempuan Sigli: Kamar Penuh, Bayi Ikut Tertahan

Wali Nanggroe Aceh, Teungku Malik Mahmud Al-Haythar, melakukan kunjungan resmi ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)...

Pemerintah Aceh Sebut Status Kepemilikan 4 Pulau Harusnya Mengacu Kesepakatan 1992

Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Aceh, Drs. Syakir, M.Si, menanggapi alasan yang...

Stadion H Dimurthala Disewa Persiraja hingga 2030, Nilainya Lebih dari Rp1 Miliar

Klub sepak bola Persiraja Banda Aceh resmi menyewa Stadion H Dimurthala, Lampineung, secara jangka...

Mualem Dukung Swasembada Pangan Presiden Prabowo

Gubernur Aceh, Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem, mendukung penuh kebijakan swasembada pangan yang...

Kapolda Aceh Pimpin Pemusnahan 773 Kg Narkoba: 25 Kg Kokain, 108 Kg Sabu, 640 Kg Ganja

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh Irjen Achmad Kartiko memimpin kegiatan pemusnahan barang bukti narkotika...

More like this

Wali Nanggroe Aceh Tinjau Lapas Perempuan Sigli: Kamar Penuh, Bayi Ikut Tertahan

Wali Nanggroe Aceh, Teungku Malik Mahmud Al-Haythar, melakukan kunjungan resmi ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)...

Pemerintah Aceh Sebut Status Kepemilikan 4 Pulau Harusnya Mengacu Kesepakatan 1992

Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Aceh, Drs. Syakir, M.Si, menanggapi alasan yang...

Stadion H Dimurthala Disewa Persiraja hingga 2030, Nilainya Lebih dari Rp1 Miliar

Klub sepak bola Persiraja Banda Aceh resmi menyewa Stadion H Dimurthala, Lampineung, secara jangka...