Banjir luapan yang melanda Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, diduga imbas kerusakan hutan masif. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh menyebut, hutan di wilayah itu berkurang karena menjadi kebun kelapa sawit hingga jalan.
“Kondisi hutan di Aceh Tenggara terus menyusut setiap tahunnya sejak 2014 lalu, ini yang kemudian menjadi pemicu mudah terjadi banjir bila hujan lebat melanda,” kata Direktur Walhi Aceh Ahmad Shalihin, Kamis (24/8/2023).
Menurut Walhi, kerusakan hutan di Aceh Tenggara berada di kawasan hutan lindung dan taman nasional. Misalnya, pada 2022, 11.049 hektare hutan lindung dan 20.595 hektare taman nasional hilang. “Kalau hutan sudah gundul, tidak ada lagi yang menahan air,” katanya.
Walhi minta pemerintah mengatasi kerusakan hutan yang meningkat tiap tahun. Salah satunya, tidak membuka jalan baru yang membelah kawasan hutan. Sebab, jalan tembus dinilai mendorong penebangan liar.
Sejak Kamis pekan lalu, banjir luapan di Aceh Tenggara merendam puluhan desa di lima kecamatan: Bambel, Lawe Sumur, Semadam, Bukit Tusam, dan Lawe Bulan. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Aceh, banjir melanda setelah guyuran hujan deras di kawasan itu.[]