Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Universitas Syiah Kuala (UPT MKU USK), melaksanakan workshop bahan ajar dan penyusunan rencana pembelajaran semester mata kuliah wajib umum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Kegiatan digelar di kampus USK, Darussalam, Kota Banda Aceh, Rabu (16/8/2023) siang.
“Kegiatan ini penting dalam rangka mengevaluasi bahan ajar yang selama ini kita gunakan di UPT MKU USK,” kata Subhayni, Sekretaris UPT MKU USK yang didampingi koordinator mata kuliah, Dr Sulaiman Tripa, saat membuka acara.
Menurut Dosen Bahasa Indonesia itu, mata kuliah yang berada di bawah koordinasi UPT MKU antara lain Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan, Ilmu Alamiah Dasar, serta Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
“Mata kuliah ini diharapkan dapat menguatkan karakter sivitas akademika di USK,” ujar Subhayni.
Dr Ria Fitri yang menjadi pemateri dalam pertemuan tersebut menjelaskan ada tiga hal yang sangat penting diadopsi dalam mata kuliah, yakni nilai keindonesiaan, nilai keacehan, dan nilai keunsyiahan.
“Nilai-nilai ini akan menjadi bahan bagi penguatan karakter di kampus kita,” ujarnya.
Di samping itu, lanjut Ria Fitri, keadaan global dan nasional juga penting untuk dipahami. Bagaimana kondisi global dan nasional hendaknya menjadi bahan dalam materi dan proses pembelajaran di kampus.
“Metode seyogianya sudah berubah, di mana kita saling belajar dengan gabungan metode, tidak semuanya bersifat ceramah. Kita harus kombinasikan,” sebutnya.
Terkait dengan ketahanan nasional dan bela negara, Ria Fitri menawarkan penguatan pada beberapa hal, seperti memperkuat materi politik dan strategi nasional. Materi lain, sejarah perjuangan Aceh, dan materi-materi yang mengganggu kondisi negara masa kini yang harus menjadi perhatian, seperti korupsi dan aliran sesat.
Salah satu dosen yang mengajar di MKU, Dr Muhammad Adli Abdullah, menyebutkan isu-isu geopolitik sangat penting mendapat perhatian. “Keadaan kita tidak mungkin lepas dari berbagai pengaruh dunia luar,” kata Adli yang juga tenaga ahli Menteri Agraria itu.
Pemateri lainnya yang hadir adalah Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, Dr Mukhlisuddin Ilyas, yang juga Direktur Penerbit Bandar Publishing.
“Tiap hari kita disuguhkan dengan berbagai hal yang tidak kita bayangkan terjadi di Aceh. Kita beranggapan hal-hal yang terjadi di Aceh, itu adanya di luar Aceh,” kata Mukhlisuddin, yang memperlihatkan berita-berita media utama yang memperlihatkan kondisi Aceh.
Menurutnya, tampak ada yang kontraproduktif antara apa yang kita katakan dengan apa yang terjadi dalam kenyataan.
“Kita mengaku sebagai daerah yang sangat berbudaya dan istimewa, namun dalam kenyataan, hal-hal yang kontra budaya justru mendominasi,” ujarnya, yang mengurai bagaimana kekerasan seksual yang terjadi di berbagai lapisan sosial bahkan dalam lembaga-lembaga pendidikan dan dalam rumah tangga.
Ia menguraikan lagi, kasus korupsi yang berada di urutan tujuh nasional dalam kalangan ASN, kemiskinan yang beberapa tahun Aceh berada di titik tertinggi di Sumatra. Kerawanan narkoba di Aceh masih tinggi. Angka stunting dalam lima besar nasional. Dan paling penting, konsumsi berita hoaks juga berada dalam lima besar nasional.
“Realitas-realitas ini sangat menggelisahkan. Hendaknya itu jadi perhatian tidak hanya pengambil kebijakan di Aceh, melainkan bagi kita yang ada di kampus” ujar Mukhlisuddin.[]