Suara deru sepeda motor langsung mereda saat menemukan pohon rindang di area parkir Museum Tsunami Aceh, Kota Banda Aceh. Kendaraan yang terparkir tak banyak. Maklum ini hari keempat belas bulan Ramadan. Terik matahari begitu panas pada Senin (25/3/2024) siang itu.
Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti dan menurunkan beberapa penumpang. Mereka mengabadikan momen di halaman museum sebelum bergegas masuk. Tiket masuk museum seharga Rp 5 ribu per orang.


Di dalam museum, pengunjung diajak menyusuri lorong tsunami. Suara zikir terdengar samar-samar diiringi teriakan dan gemuruh gelombang. Lorong ini remang-remang, dengan percikan air dari atas yang menyentuh kepala. Di sisi kiri dan kanan, tampak air mengalir di dinding.
Keluar dari lorong, pengunjung disambut galeri foto yang menampilkan kerusakan Aceh akibat tsunami pada 26 Desember 2004. Ruangan remang-remang. Sorotan cahaya hanya pada kotak-kotak tempat foto-foto dipajang. Potret-potret tersebut menunjukkan Banda Aceh luluh lantak akibat bencana yang merenggut lebih dari 230 ribu jiwa.


Bangunan rata tanah, jembatan hancur, kapal di daratan, hingga masjid yang masih kokoh di antara bangunan lain yang roboh terlihat dari galeri gambar itu. Pengunjung kemudian berjalan menyusuri ruang berikutnya: sumur doa.
Ayat-ayat suci Al-Qur’an mengalun di dalam sumur doa. Menghadirkan nuansa duka, kelam, dan gelap. Cahaya lampu kuning menyinari nama-nama korban yang ditempel di dinding melingkar bagai cincin sumur. Semakin ke atas, terlihat nama beraksara Arab dengan ukuran lebih besar: Allah.


Keluar dari sumur doa, lorong yang dilalui pengunjung mulai terang. Dinding di sebelah kanan tertulis nama-nama Allah SWT. Di ujung lorong, sebuah jembatan menanti. Di atasnya, tergantung bendera-bendera negara yang membantu Aceh melewati masa-masa sulit belasan tahun.
Museum Tsunami menjadi tempat untuk mengenang bencana besar itu. Tak sekadar ruang pamer, bangunan ini dirancang sebagai tempat mitigasi dan evakuasi jika tsunami terulang kembali.


Museum ini rancangan Ridwan Kamil, dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB). Museum telah direncanakan lama untuk menjadi warisan bagi dunia dalam mengingat tsunami Aceh.
Di setiap bagian bangunan menyimpan memori tentang tsunami, banyak foto-foto dan audio visual yang dapat dilihat setiap pengunjung di ruang memorial.

Museum Tsunami Aceh diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Februari 2009. Keberadaannya menjadi pengingat bagi generasi mendatang tentang dahsyatnya Tsunami Aceh dan pentingnya mitigasi bencana.
Museum ini juga menjadi simbol harapan bagi Aceh untuk bangkit dan pulih dari tragedi tersebut.[]