BerandaGaya HidupWisataMenyusuri Jejak Duka di Museum Tsunami Aceh

Menyusuri Jejak Duka di Museum Tsunami Aceh

Published on

Suara deru sepeda motor langsung mereda saat menemukan pohon rindang di area parkir Museum Tsunami Aceh, Kota Banda Aceh. Kendaraan yang terparkir tak banyak. Maklum ini hari keempat belas bulan Ramadan. Terik matahari begitu panas pada Senin (25/3/2024) siang itu.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti dan menurunkan beberapa penumpang. Mereka mengabadikan momen di halaman museum sebelum bergegas masuk. Tiket masuk museum seharga Rp 5 ribu per orang.

Museum Tsunami Aceh
Wisatawan mengunjungi Museum Tsunami Aceh, Senin (25/3/2024). Foto: Habil Razali/acehkini
Museum Tsunami Aceh
Pengunjung mengambil tiket masuk Museum Tsunami Aceh, Senin (25/3/2024). Foto: Habil Razali/acehkini

Di dalam museum, pengunjung diajak menyusuri lorong tsunami. Suara zikir terdengar samar-samar diiringi teriakan dan gemuruh gelombang. Lorong ini remang-remang, dengan percikan air dari atas yang menyentuh kepala. Di sisi kiri dan kanan, tampak air mengalir di dinding.

Keluar dari lorong, pengunjung disambut galeri foto yang menampilkan kerusakan Aceh akibat tsunami pada 26 Desember 2004. Ruangan remang-remang. Sorotan cahaya hanya pada kotak-kotak tempat foto-foto dipajang. Potret-potret tersebut menunjukkan Banda Aceh luluh lantak akibat bencana yang merenggut lebih dari 230 ribu jiwa.

Museum Tsunami Aceh
Pengunjung berjalan di lorong tsunami di Museum Tsunami, Senin (25/3/2024). Foto: Habil Razali/acehkini
Museum Tsunami Aceh
Pengunjung memotret gambar yang menampilkan kondisi Kota Banda Aceh beberapa hari setelah tsunami yang dipajang di Museum Tsunami Aceh, Senin (25/3/2024). Foto: Habil Razali/acehkini

Bangunan rata tanah, jembatan hancur, kapal di daratan, hingga masjid yang masih kokoh di antara bangunan lain yang roboh terlihat dari galeri gambar itu. Pengunjung kemudian berjalan menyusuri ruang berikutnya: sumur doa.

Ayat-ayat suci Al-Qur’an mengalun di dalam sumur doa. Menghadirkan nuansa duka, kelam, dan gelap. Cahaya lampu kuning menyinari nama-nama korban yang ditempel di dinding melingkar bagai cincin sumur. Semakin ke atas, terlihat nama beraksara Arab dengan ukuran lebih besar: Allah.

Museum Tsunami Aceh
Pengunjung di ruang sumur doa Museum Tsunami Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini
Museum Tsunami Aceh
Lafal Allah menjadi daya tarik pengunjung yang memasuki ruang sumur doa di Museum Tsunami Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini

Keluar dari sumur doa, lorong yang dilalui pengunjung mulai terang. Dinding di sebelah kanan tertulis nama-nama Allah SWT. Di ujung lorong, sebuah jembatan menanti. Di atasnya, tergantung bendera-bendera negara yang membantu Aceh melewati masa-masa sulit belasan tahun.

Museum Tsunami menjadi tempat untuk mengenang bencana besar itu. Tak sekadar ruang pamer, bangunan ini dirancang sebagai tempat mitigasi dan evakuasi jika tsunami terulang kembali.

Museum Tsunami Aceh
Pengunjung menyusuri lorong bertulisan Asmaul Husna di Museum Tsunami Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini
Museum Tsunami Aceh
Museum Tsunami Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini

Museum ini rancangan Ridwan Kamil, dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB). Museum telah direncanakan lama untuk menjadi warisan bagi dunia dalam mengingat tsunami Aceh.

Di setiap bagian bangunan menyimpan memori tentang tsunami, banyak foto-foto dan audio visual yang dapat dilihat setiap pengunjung di ruang memorial.

Museum Tsunami Aceh
Dua pengunjung melihat foto penyintas tsunami yang ditampilkan di Museum Tsunami Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini

Museum Tsunami Aceh diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Februari 2009. Keberadaannya menjadi pengingat bagi generasi mendatang tentang dahsyatnya Tsunami Aceh dan pentingnya mitigasi bencana.

Museum ini juga menjadi simbol harapan bagi Aceh untuk bangkit dan pulih dari tragedi tersebut.[]

Follow konten ACEHKINI.ID di Google News

Artikel Terbaru

Safrizal Temui Lansia Calon Penerima Rumah Layak Huni di Pidie

Penjabat (Pj) Gubernur Aceh Safrizal ZA berkesempatan meninjau kondisi calon penerima bantuan rumah layak...

Dalam Sepekan 3 TSK Ranmor di Subulussalam Ditangkap Polisi

Unit Reserse Mobile Satreskrim Polres Subulussalam menangkap tiga pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang...

Keluarga Hanyut di Sungai Weh Reseh Bener Meriah: 3 Meninggal, Bayi 8 Bulan Masih Hilang

Satu keluarga asal Desa Rikit Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, hanyut di...

Penjabat Gubernur Aceh Luncurkan Program Hapus Pasung untuk ODGJ

Penjabat Gubernur Aceh Safrizal ZA meluncurkan program pencanangan Aceh untuk eliminasi pasung bagi orang...

PMK Hewan Ternak Sisa 4 Kasus di Aceh, Ini Pesan Pj Gubernur

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan ternak seperti sapi, kerbau dan kambing di Aceh...

More like this

Safrizal Temui Lansia Calon Penerima Rumah Layak Huni di Pidie

Penjabat (Pj) Gubernur Aceh Safrizal ZA berkesempatan meninjau kondisi calon penerima bantuan rumah layak...

Dalam Sepekan 3 TSK Ranmor di Subulussalam Ditangkap Polisi

Unit Reserse Mobile Satreskrim Polres Subulussalam menangkap tiga pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang...

Keluarga Hanyut di Sungai Weh Reseh Bener Meriah: 3 Meninggal, Bayi 8 Bulan Masih Hilang

Satu keluarga asal Desa Rikit Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, hanyut di...