Jumat, September 29, 2023
More
    BerandaNewsKilasMantan Menag Berikan Penguatan Moderasi Beragama Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh

    Mantan Menag Berikan Penguatan Moderasi Beragama Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh

    Published on

    Mantan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjadi salah seorang narasumber dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa (Diklatpim) Tahun 2023 yang dilaksanakan di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Pada kesempatan tersebut, Tim Ahli Pokja Nasional Moderasi Beragama ini membahas tentang Moderasi Beragama dalam Bingkai Kebhinekaan, dan Komitmen Kebangsaan.

    Dalam pemaparan materinya pada Kamis (14/9/2023), Menteri Agama (Menag) RI periode 2014-2019 ini menjelaskan bahwa konflik antar penganut agama muncul ketika beragama dimaknai secara mutlak sebagai agama, lalu saling memaksakan klaim kebenaran atas cara beragama yang beragam itu kepada pihak lain dengan tindak kekerasan.

    “Konflik bisa disimpulkan dengan bagaimana cara pandang kita yang mengaitkan amalan dan sikap. Perbedaan itu sunnatullah, tidak ada yang tidak berbeda. Semua hal punya keberagaman,” ujar Lukman Hakim Saifuddin dalam keterangan tertulis Humas UIN Ar-Raniry, dikutip Jumat (15/9/2023).

    Menurut pria yang akrap disapa HLS ini bahwa agama dan beragama merupakan dua terma yang berbeda. Agama adalah ajaran Tuhan, sementara beragama adalah cara memahami dan mengamalkan ajaran itu. Namun, meskipun berbeda makna, keduanya saling bertautan.

    Moderasi beragama adalah penawar bagi konflik semacam itu. Moderasi beragama merupakan solusi untuk mengatasi problematika kehidupan antar umat beragama,” terangnya.

    Lebih lanjut, Lukman Hakim menambahkan bahwa keberagaman bangsa Indonesia adalah takdir. Sebuah pemberian Sang Pencipta untuk diterima dan tidak perlu ditawar. “Keberagaman adalah anugerah dan kehendak Tuhan. Jika Tuhan menghendaki, tentu tidak sulit bagi-Nya untuk menciptakan dan menjadikan seluruh hamba-Nya menjadi satu ragam saja,” jelasnya.

    Namun Allah justru menciptakan manusia berbeda jenis kelamin, dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal satu sama lain, sehingga kehidupan terasa dinamis.

    “Upaya untuk menyeragamkan keragaman sama saja mengingkari kehendak dan anugerah-Nya,” tegasnya.

    Di akhir diskusi lulusan Pondok Modern Gontor ini mengingatkan bahwa moderasi beragama tidak pernah menggunakan istilah ‘musuh’, ‘lawan’, ‘perangi’ atau ‘singkirkan’ terhadap mereka yang dinilai berlebihan dan melampaui batas dalam beragama.

    Sebab, tujuan moderasi beragama adalah mengajak, merangkul, dan membawa mereka yang dianggap berlebihan dan melampaui batas, agar bersedia ke tengah untuk lebih adil dan berimbang dalam beragama.

    “Selain itu, dalam beragama tidak mengenal seteru dan permusuhan, melainkan bimbingan dan pengayoman terhadap mereka yang ekstrem sekalipun,” sebutnya. []

    Follow konten ACEHKINI.ID di Google News



    Artikel Terbaru

    Kisah Maulid di Lembah Singgah Mata

    Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW cukup kental di Beutong Ateuh, Nagan Raya. Semaraknya telah...

    CPNS dan PPPK 2023 di USK, Ada Formasi Dosen hingga Tenaga Kesehatan

    Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh membuka seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CPNS) dan Pegawai...

    More like this

    Kisah Maulid di Lembah Singgah Mata

    Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW cukup kental di Beutong Ateuh, Nagan Raya. Semaraknya telah...

    CPNS dan PPPK 2023 di USK, Ada Formasi Dosen hingga Tenaga Kesehatan

    Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh membuka seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CPNS) dan Pegawai...

    Kodim TNI Subulussalam Gotong Royong Bersama Warga

    Kodim 0118 Subulussalam menggelar kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-118 yang dilaksanakan di...