Relawan Karst Aceh dan UKM PA Leuser Universitas Syiah Kuala (USK) telah melakukan pembersihan, memulihkan kembali 182 sumur warga terdampak bencana banjir di Pidie Jaya.
“Para relawan kami telah bekerja sejak 12 Desember lalu di tujuh desa dalam dua kecamatan di Pidie Jaya. Fokus membersihkan sumur agar air bersih kembali bisa digunakan warga,” kata Abdillah, Ketua Karst Aceh.
Sumur yang dipulihkan umumnya dalam kondisi berlumpur yang terbawa banjir yang melanda kawasan tersebut pada 26 November 2025. Pembersihan dilakukan dengan hati-hati, karena lumpur ikut bercampur ranting, dahan kayu, dan material organik lainnya.
Menunut Abdillah, lumpur sisa banjir tampak mengeras dari atas. Tetapi ketika dipijak, kaki bisa terperosok ke endapan lembek. Dari beberapa sumur, bau menyengat muncul bersama buih dan gelembung kecil: tanda endapan masih hidup, dan tanah belum benar-benar stabil.
Pekerjaan yang dilakukan relawan tidak bisa diselesaikan hanya dengan mesin. Pompa air memang membantu, “tetapi di banyak titik kami harus turun langsung, mengandalkan tangan, insting, dan kewaspadaan. Salah membaca kondisi tanah, dinding sumur bisa runtuh,” katanya.
Dalam kondisi seperti itu, warga menjadi penentu keselamatan. Mereka mengenal tanah dan sumur itu sejak lama. Menunjukkan lokasi yang aman, memberi peringatan, dan membantu membuka akses.
Yang paling menguatkan justru terjadi di luar kerja teknis. Di tengah rumah yang rusak dan kebutuhan yang belum terpenuhi, warga tidak menjauh. Warga menemani relawan, ikut membantu, dan tetap menyuguhkan kopi, makanan ringan, serta hasil dapur seadanya. Ada yang bahkan menawarkan bantuan materi, meski hidup mereka sendiri sedang serba kekurangan.
“Kami bekerja di tengah lumpur dan risiko, tapi yang membuat kami bertahan adalah sikap warga. Di saat rumah mereka sendiri rusak parah, mereka masih menyambut kami dengan perhatian dan kehangatan. Ini kekuatan sosial yang luar biasa,” ujar Abdillah.
Selain kerja pembersihan sumur, Karst Aceh juga berupaya meringankan beban warga dengan menyalurkan bantuan logistik. Di sela kegiatan, tim turut membantu pendistribusian beras, paket mandi, pakaian layak pakai, perlengkapan ibadah, serta kebutuhan dasar lainnya.
Bagi Karst Aceh dan UKP PA Leuser, pembersihan 182 sumur bukan sekadar angka capaian. “Setiap sumur yang kembali jernih berarti satu keluarga bisa kembali memasak, berwudu, membersihkan rumah, dan melanjutkan hidup dengan lebih bermartabat. Air bersih adalah titik awal pemulihan.”
Kata Abdillah, pengalaman mereka di Pidie Jaya menegaskan satu hal penting: penanganan bencana di Aceh tidak cukup hanya dengan alat dan teknologi. “Harus dijalankan dengan kerja bersama, rasa hormat, dan kesadaran bahwa masyarakat terdampak bukan objek bantuan, melainkan mitra kemanusiaan.” []



