Sedikitnya 184 pengungsi Rohingya mendarat di Gampong Matang Peulawi, Peureulak, Aceh Timur, pada Senin (27/3/2023) sekitar pukul 3.30 waktu setempat. Setelah menurunkan mereka, kapal tersebut diduga kabur.
“Betul (dugaan kapal kabur), itu jadi modus yang akan menjadi masalah dengan hukum, sudah dua kali kejadiannya,” kata Miftachhuddin Cut Adek, Wakil Sekretaris Jenderal Panglima Laot Aceh pada Senin.
Panglima Laot adalah lembaga adat yang menaungi nelayan di Aceh.
Gelombang kedatangan pengungsi Rohingya kali ini terdiri dari 94 pria, 70 perempuan, dan 20 anak-anak. Hingga Senin sore, posisi mereka masih di Matang Peulawi.
“Soal penampungan itu urusan pemerintah, UNHCR, dan IOM yang memutuskan,” ujar Miftachuddin.
Sejak 2009, pengungsi Rohingya telah lebih dari 20 kali berlabuh di Aceh. Mereka bergerak dari tepi laut di Bangladesh setelah meninggalkan kamp pengungsian Cox’s Bazar.
Sebagian dari mereka bertahun-tahun menetap di kamp itu tanpa kepastian nasib setelah diusir dari tanah lahirnya di Myanmar. Mereka lantas menempuh pelbagai cara mencari kehidupan baru di negara lain. Misalnya, mengarungi laut lepas menuju Malaysia hingga kemudian terdampar di Aceh.