Kopi telur kocok di Reubee, Pidie, Aceh, ini sangat khas. Dikocok manual pakai lidi, tanpa bantuan mesin.
Khairul Amrullah mesti memecahkan ratusan butir telur malam itu. Tentu lebih banyak dibanding malam-malam biasanya yang hanya puluhan. Seakan tidak letih, senyum lepas justru terpancar dari wajahnya yang berpeluh.
Di warung kopi miliknya, lelaki 47 tahun ini menyajikan minuman khas dengan bahan utama telur ayam kampung. Namanya boh manok kocok atau kopi telur kocok. “Warung ini buka sejak 1970-an, sejak saya kecil,” kata Khairul.
Para pembeli menyesaki warung di Gampong Mesjid Reubee, Kecamatan Delima, Pidie, Aceh, tersebut pada Sabtu malam (22/4/2023). Sebagian besar yang singgah mereka yang tuntas menyaksikan perang meriam karbit–rutin digelar di sana tiap malam kedua lebaran.
Mula-mula, Khairul memisahkan putih telur. Yang kuning disisakan dalam gelas. Kemudian ia bergegas menaruh gula dan bahan rahasia buat mengusir amis. Lalu, ia menyodorkan gelas tersebut ke pria lain di dekatnya.
Di tangan pria itu, telur ayam itu dikocok manual dengan lidi. Bukan pakai mesin mikser. Tiap satu gelas, butuh lima menit menuntaskan adukannya. Teknik tradisional ini diyakini membuat adukan merata, dan tidak terlalu halus.
Selama Idulfitri, peminat minuman telur ayam kocok milik Khairul ini mencapai ratusan orang per hari. “Kalau lebaran, bisa 500 hingga 600 butir telur habis dalam sehari,” tuturnya. “Di luar lebaran satu hingga dua papan telur.”
Saat pesanan lagi ramai malam itu, Khairul dibantu tiga pria lain buat mengaduk telur.
Lantas bagaimana rasanya?
Saat diminum, telur kocok yang dicampur kopi atau teh racikan Khairul tidak lengket di mulut. Dan yang paling khas: tidak amis dan enek.[]