Sekitar 14 hektare areal kawasan hutan lindung yang berada di Desa Cipari-Pari Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam kehilangan tutupan hutan dalam rentang waktu dua tahun. Deforestasi di wilayah ekosistem Leuser itu terjadi sejak tahun 2023 hingga 2024.
Hal tersebut diungkap Menager Legal dan Advokasi Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) Fahmi Muhammad melalui press realese yang diterima acehkini beberapa waktu lalu. Berdasarkan pemantauan melalui interpretasi secara visual manual citra satelit landsat 8 dan 9, Sentinel 2, dan planetscope serta alat bantu lainnya, ditemukan adanya aktivitas pembukaan lahan yang diduga dilakukan oleh salah satu perusahaan kelapa sawit.
“Pembukaan lahan dalam kawasan hutan lindung ini jelas merupakan perbuatan ilegal kehutanan. Kami meminta aparat penegak hukum untuk segera melakukan penindakan tegas terhadap pihak-pihak yang terlibat,” jelas Fahmi.
Menurut Fahmi, pembukaan lahan dalam kawasan hutan lindung bukan hanya persoalan pelanggaran hukum, tapi juga merusak ekosistem hutan yang sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.
Sejauh ini masyarakat mengeluhkan kondisi air sungai yang berubah menjadi keruh, diduga akibat aktivitas pembukaan lahan. Dikhawatirkan jika pembukaan lahan terus berlanjut, akan timbul dampak-dampak lain yang lebih besar ke depan.
“Sekarang kita dengar keluhan masyarakat soal air keruh, jika ini tidak dihentikan, tidak tertutup kemungkinan dampak lebih besar akan terjadi,” ungkapnya.
Kepala Pemukiman Batu-Batu, Saidiman Sambo dan Lembaga Konservasi Hutan Ulayat Dan Lingkungan Desa (LKHULD) kepada acehkini menyebutkan pihaknya telah menyurati DLHK Kota Subulussalam beberapa waktu lalu tentang pencemaran lingkungan yang terjadi di Sungai Lae Singgersing.
“Kami telah menyurati DLHK perihal pencemaran yang terjadi, diduga akibat ulah perusahaan yang merambah hutan, ketika hujan. air sangat cepat meluap dengan membawa limbah kayu,” ucap Saidiman, Kamis (4/7/2024).
Kata Saidiman, tumpukan kayu yang dibawa air saat banjir tidak semuanya turun ke hilir sungai. Namun di beberapa titik, tumpukan sampah kayu membendung aliran sungai yang dikhawatirkan akan menjadi penyebab banjir bandang ketika hujan melanda wilayah tersebut.
Aktivitas pembukaan lahan yang diduga dilakukan perusahaan sawit di hulu sungai itu tidak hanya menjadi sumber bencana, tetapi juga turut merusak wisata Air Terjun Silangit yang menjadi ikon Kota Subulussalam yang dijuluki Kota 1001 Air Terjun.
“Sangat kita sayangkan, di aliran Sungai Singgersing juga terdapat wisata unggulan kota Subulussalam yang telah masuk kedalam anugerah pesona Indonesia. Namun kini lokasi air terjun telah rusak,” ujarnya. []